Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Paria Lokal Cicalengka: Panen Perdana 6 Kg dari Kebun Belakang, Siap Menyapa Dapur MBG!

Diperbarui: 7 Oktober 2025   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panen paria (pare) lokal Cicalengka dari kebun belakang rumah. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Pagi ini di kampung saya, Cicalengka, udaranya segar sekali. Bau tanah basah dan dedaunan begitu menenangkan. Ada rasa syukur yang besar menyelimuti hati, sebab hari ini adalah hari yang saya tunggu-tunggu: panen paria (pare) perdana dari kebun belakang rumah. Ini bukan kebun yang luas, hanya sebidang tanah kecil di belakang dapur, tapi hasilnya sungguh memuaskan.

Dua bulan lalu, sekitar 60 hari yang lalu, saya mulai menanam paria ini. Awalnya, tanah itu hanya ditumbuhi rumput liar. Saya berpikir, daripada dibiarkan kosong, lebih baik dimanfaatkan untuk menanam sesuatu yang bisa dimakan sendiri. Keputusan pun jatuh pada paria lokal atau yang biasa kami sebut paria kampung.

Proses menanamnya sangat sederhana, jauh dari kata modern. Saya hanya menggunakan alat-alat seadanya yang ada di rumah. Tanah dicangkul, dirapikan, dan kemudian dibuat bedengan kecil. Tidak ada perencanaan yang rumit, hanya niat tulus untuk menghasilkan sayuran segar.

Hal yang paling penting dalam proses penanaman ini adalah keputusan untuk menolak pupuk kimia. Saya ingin paria yang benar-benar alami dan sehat. Pilihan saya jatuh pada pupuk kandang. Kotoran hewan ternak dari tetangga yang sudah terfermentasi inilah yang menjadi nutrisi utama bagi tanaman saya.

Memakai pupuk kandang memang butuh kesabaran ekstra. Prosesnya lebih lambat dibanding pupuk kimia, tapi saya percaya kualitasnya jauh lebih baik. Selain menyehatkan tanaman, pupuk kandang juga menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Prinsipnya, kembali ke cara bertani alami warisan leluhur.

Untuk menopang pertumbuhan tanaman yang merambat, saya hanya memanfaatkan alam sekitar. Saya membuat ajir-ajir dari bambu yang dipotong dan dirangkai seadanya. Ajir bambu ini tidak hanya berfungsi sebagai tiang rambatan, tapi juga memberikan sentuhan tradisional pada kebun belakang rumah.

Perawatan harian cukup rutin menyiram dan membersihkan gulma. Saya menghabiskan waktu sore hari di kebun, memperhatikan setiap helai daun dan bakal buah yang muncul. Ada kepuasan tersendiri melihat tanaman yang dirawat sendiri bisa tumbuh subur.

Setelah penantian 60 hari, hasilnya di luar dugaan. Buah-buah paria mulai bergelantungan, besar, hijau, dan terlihat sangat segar. Momen panen ini adalah puncak dari segala kesabaran dan kerja keras selama dua bulan terakhir.

Panen dan Kualitas: Paria Fres-Fres Organik Cicalengka

Panen hari ini dimulai sejak matahari belum terlalu tinggi. Saya membawa keranjang bambu dan gunting kecil. Setiap buah paria yang matang sempurna dipotong dengan hati-hati. Rasanya seperti memetik harta karun hijau dari kebun sendiri.

Alhamdulillah, untuk ukuran kebun rumahan, hasilnya sungguh melimpah. Setelah ditimbang, total paria yang berhasil saya panen hari ini mencapai 6 kilogram. Angka 6 kg ini melebihi perkiraan awal saya, sungguh berkah dari tanah Cicalengka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline