Hari ini, Selasa, 16 September 2025, pemandangan di sudut kantor SD Plus Al Ghifari Kota Bandung terasa berbeda. Beberapa kantong besar berisi jagung manis tersusun rapi, menarik perhatian setiap orang yang lewat.
Di tengah rutinitas harian yang padat, keberadaan jagung-jagung ini menjadi titik fokus yang menyegarkan. Saya mendekati seorang staf tata usaha dan bertanya tentang tumpukan tersebut.
Jawaban yang saya terima tidak hanya menjelaskan, tetapi juga menghangatkan hati. Rupanya, tumpukan jagung ini adalah hasil panen seorang guru, dan sebagian dari hasilnya didistribusikan kepada rekan-rekan guru dan pegawai lain.
Cerita di balik jagung ini bukan sekadar soal komoditas pertanian. Ini adalah kisah tentang kerja keras, kebersamaan, dan ketulusan.
Sang guru, di luar tugasnya mengajar, meluangkan waktu dan tenaganya untuk berkebun. Proses menanam, merawat, hingga memanen jagung ini pastinya bukan hal yang mudah.
Namun, hasilnya tidak hanya dinikmati sendiri. Sebagian besar hasil panennya ia bagikan, baik kepada keluarga maupun rekan kerja. Ini menunjukkan betapa kuatnya rasa berbagi dan peduli yang masih hidup di lingkungan kerja kami.
Melihat jagung-jagung ini, saya jadi teringat bahwa setiap orang memiliki cerita unik di balik pekerjaan mereka. Seorang guru, yang biasanya kita lihat berdiri di depan kelas, ternyata memiliki bakat dan hobi lain yang juga produktif.
Ia tidak hanya mendidik, tetapi juga memberikan contoh nyata tentang bagaimana hobi bisa menjadi sumber kebaikan. Kisah ini mengajarkan kita bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, bahkan dari tumpukan jagung di sudut kantor.
Perjalanan Jagung Manis: Dari Kebun hingga Kantong-kantong Kebahagiaan
Jagung manis yang tertumpuk rapi di kantor itu memiliki perjalanan panjang. Semua bermula dari sepetak lahan yang dirawat dengan penuh ketekunan. Tanah digemburkan, benih ditanam, dan setiap tunas yang muncul dijaga dengan hati-hati.
Hari demi hari, di bawah sinar matahari dan siraman air, tanaman jagung itu tumbuh subur. Proses ini mengajarkan kesabaran, karena hasil yang baik tidak bisa didapatkan secara instan. Ada masa menunggu, masa merawat, dan masa berjuang menghadapi hama atau cuaca yang tidak menentu.