Saat ini, bangsa kita sedang menghadapi tantangan ekonomi yang cukup berat. Hal ini terlihat jelas di dunia kerja dan dunia usaha. Banyak perusahaan terpaksa harus mengambil keputusan sulit untuk merumahkan karyawan, atau lebih dikenal dengan istilah PHK.
Akibatnya, tingkat pengangguran melonjak tajam, dan dampak dari semua ini langsung terasa pada ekonomi keluarga di seluruh negeri. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran bagi banyak orang.
Namun, di tengah terjangan badai PHK dan angka pengangguran yang tinggi, terutama di kota-kota besar seperti Bandung, ada secercah harapan yang mulai terlihat.
Lebih khusus lagi, di sepanjang Jalan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, tepatnya di sekitar lembaga pendidikan Al Ghifari, pemandangan pagi hari ini, Senin 23 Juni 2025, menunjukkan semangat juang yang luar biasa.
Terlihat berjajar rapi para pedagang kaki lima dan jongko jualan. Mereka menggelar dagangan aneka makanan dan minuman. Ada yang menjual kupat tahu, gorengan, mie ayam, mie baso, soto, cakue, minuman teh, es cendol, es goyobod, dan masih banyak lagi.
Mereka adalah contoh nyata dari orang-orang yang tidak menyerah pada keadaan, melainkan berani menciptakan peluang sendiri.
Salah satu dari mereka adalah Adi, seorang pria berusia 32 tahun. Ia terlihat sibuk menyiapkan adonan di gerobak cakuenya. Adi bercerita bahwa ia sudah berjualan cakue hampir satu tahun.
Baginya, berjualan adalah jalan keluar agar tidak menganggur. Ini adalah pilihannya untuk tetap produktif dan memiliki penghasilan.
Dari hasil berjualan cakue inilah Adi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Setiap hari, ia bangun pagi, menyiapkan adonan, menggoreng cakue, dan menjajakannya di pinggir jalan.
Pekerjaan ini mungkin terlihat sederhana, tapi butuh ketekunan dan semangat pantang menyerah.
Banyak pedagang lain di sekitar sana memiliki cerita yang serupa. Mereka adalah mantan karyawan yang terkena PHK, ibu rumah tangga yang ingin menambah penghasilan keluarga, atau pemuda yang kesulitan mencari pekerjaan formal.