Lihat ke Halaman Asli

jilan Salsabila Putri

Mahasiswa/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Teater Syahid Pentaskan Jamila : Suara Perempuan Dalam Jeruji Keadilan

Diperbarui: 5 Juli 2025   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamila dibalik jeruji besi, dengan penuh rasa dendam mencari keadilan untuk semua anak dan perempuan. (Dokumen Teater Syahid : Mohammad Raihan)

"Syahwat lelaki boleh meluap membanjiri setiap ruang dan waktu.... karena itu, anak-anak gadisku kelak, sah untuk diperkosa, sah dibelenggu, kehilangan keceriaan dan mimpi-mimpi. Menjadi bulan-bulanan kemunafikan moral, tradisi dan agama. Dituding perusak moral bangsa, sekaligus dijadikan objek untuk memenuhi keserakahan orang-orang. Tubuh kami, tenaga kami, perasaan kami, diperjual belikan hanya demi pundi-pundi uang!"

Dinginnya lantai dan remangnya cahaya lampu menambah keheningan malam, rangkaian frasa itu lagi-lagi terbebas dengan dendam dan amarah di dalamnya. Perempuan yang selama hidupnya dipayungi ketakutan dan kebencian, kini berusaha mengungkap kebenaran di balik jeruji besi. Semua itu terjadi demi keadilan semata. Suara perempuan yang menggugat ketidakadilan tersebut menggema di atas panggung.

Dialog tersebut hadir pada pementasan Jamila yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Syahid dalam Studi Pertunjukan 2025. Pada Kamis (12/06) hingga Minggu (15/06) di Aula Student Center (SC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Naskah Jamila merupakan adaptasi dari Pelacur dan Sang Presiden karya Ratna Sarumpaet yang diadaptasi dan disutradarai oleh Sarah Tjia.

"Aku melihat struktur naskah ini adalah sebuah naskah realis dan hasil dari riset, yang kemungkinan anak-anak akan mengkaji naskah ini lebih kritis. Isu ini juga sedang sangat tinggi dibahas dan sangat penting untuk aku dan perempuan lainnya. Aku berharap kajian-kajian naskah ini turut membuka daya fikir kreatif perempuan dan laki-laki terkhusus untuk anak remaja atau mahasiswa yang memiliki pemikiran tertutup, yang berkaitan dengan budaya patriarki dan kekerasan seksual. Dan harapan ku untuk penonton sama hal nya dengan yang aku harapakan untuk para pemain, semoga bisa membuka wawasan dan dapat berpikir kritis tentang isu ini." ujar Sarah saat diwawancarai di Aula Student Center UIN Jakarta.

Melalui pementasan ini, penonton merasa kagum atas semua yang telah diberikan baik dari segi keaktoran, teknis hingga isu yang dibahas pun cukup menarik dan cukup berani. Karena isu ini sedang ramai terjadi seperti rudapaksa sertadan ketidakadilan yang terjadi pada saat ini. Pementasan ini juga memiliki alur yang bagusmudah dipahami dan dapat dinikmati sehingga penonton tidak merasa bosan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline