Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Dari Pertamax ke Pertalite, Dari Pertamax ke Premium

Diperbarui: 6 November 2018   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertamina mengklaim, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax, tidak turun, meskipun harganya naik dari semula Rp 9.500 per liter menjadi Rp 10.400 per liter di Jakarta. Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan.com

Ada rupa, ada harga. Itulah yang terjadi, ketika Pertamina menaikkan harga Pertamax, dari  Rp 9.500 menjadi Rp 10.400 per liter. Kenaikan Rp 900 bagi sebagian orang, mungkin tak seberapa. Tapi, bagi sebagian lain, kenaikan itu terasa memberatkan.

Beralih karena Harga 

Rumsinah, misalnya. Warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, tersebut, sudah cukup lama menggunakan Pertamax untuk sepeda motornya. "Biasanya saya beli Pertamax 15 ribu dan kepakai dua hari. Tadi waktu mau ngisi Pertamax, petugas bilang Pertamax naik, gak jadi ngisi, ngisinya sama Pertalite saja," ujar perempuan setengah baya itu, pada Kamis (11/10/2018).

Heri, pengojek yang sedang antre di salah satu SPBU di Menteng, Jakarta Pusat, juga bersikap hampir serupa. "Saya biasa pakai Pertamax, biar mesin bagus. Sekarang pakai Premium saja lah, soalnya berat," ungkap Heri, pada Kamis (11/10/2018). Ia menyebut berat, karena harga Pertamax yang baru, akan menggerus pendapatannya sebagai tukang ojek.

Rumsinah dan Heri, hanya dua contoh dari konsumen Pertamina, yang terbilang sensitif pada perubahan harga. Karena itulah, mereka menyiasatinya dengan beralih ke Pertalite dan Premium. Mereka beralih, karena uang kenaikan tersebut, bisa dialihkan untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Sebagai warga biasa, mereka sudah terbiasa menyiasati tantangan hidup.

Segmentasi Pasar BBM   

Kenaikan harga Pertamax dan beberapa produk Pertamina lainnya, dieksekusi pada Rabu (10/10/2018), pukul pukul 11.00 WIB. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tersebut, lantaran menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia. Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, pada Rabu pagi di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Dengan kenaikan Pertamax itu, ada jenjang baru di harga BBM. Setidaknya, bisa kita lihat, Premium Rp 6.450 per liter untuk wilayah Jawa-Madura-Bali (Jamali) dan Rp 6.400 per liter di luar Jamali, kemudian Pertalite Rp 7.800 per liter, serta Pertamax Rp 10.400 per liter. Artinya, ada tiga segmen konsumen di level menengah-bawah, yang langsung dipetakan Pertamina.

Menurut saya, interval harga di ketiga segmen market di level menengah-bawah tersebut, sudah sepatutnya dicermati Pertamina dengan sungguh-sungguh. Tujuannya adalah untuk menjaga daya beli warga di level menengah-bawah, agar mereka tidak mengalami guncangan finansial, yang otomatis bisa berdampak pada kemampuan mereka mengakses harga kebutuhan pokok.

Premium-Pertalite-Pertamax 

Nah, seberapa banyak Pertamina menyalurkan Premium, Pertalite, dan Pertamax kepada masyarakat? Pada Selasa (16/10/2018), Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), menyebut, Pertamina menyalurkan Premium sekitar 1 juta kilo liter (KL) per bulan. Pertalite sekitar 1.4 juta KL per bulan. Pertamax? Ia tidak merincinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline