Lihat ke Halaman Asli

Sang Jawara yang Terlambat

Diperbarui: 24 Agustus 2025   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Ini cerita soal industri otomotif. Khususnya, mobil-mobil buatan Jerman. Yang selama ini dianggap jawara dunia.

Jerman sejak 100 tahun lalu terkenal dengan mobilnya. Presisi tinggi, teknologinya maju, dan mereknya gengsi. Mercedes, BMW, Porsche, sampai VW. Nama-nama itu identik dengan kualitas.

Tapi, hari-hari indah itu sepertinya sudah lewat. Coba lihat laporannya.

Mercedes bilang labanya anjlok 56% di semester pertama 2025. Dari Rp 106 triliun, tinggal Rp 47 triliun. BMW juga begitu. Labanya turun sepertiga. Bahkan Porsche, yang legendaris itu, ambruk sampai 91%! Laba mereka cuma sisa Rp 2,6 triliun dari yang tadinya Rp 29 triliun. Ngeri.

Kenapa bisa begitu?

Sebabnya, pasar mobil Cina lagi lesu. Penjualan mobil-mobil Jerman di sana turun drastis. BMW turun 13,4%, Mercedes 7%, dan VW 10%. Padahal, Cina pasar terbesar di dunia.

Di saat yang sama, mobil listrik justru laris manis di Cina. Naik 37,6% dalam enam bulan.

Rupanya, pabrikan Jerman kurang tanggap. Mereka bikin mobil untuk kakek-kakek, yang cuma mikir mesin. Anak-anak muda Cina sekarang maunya mobil yang canggih. Yang bisa update otomatis (OTA), terintegrasi dengan ponsel, dan punya banyak fitur digital.

Mobil-mobil Cina, seperti BYD, Xiaomi, atau Nio, lahirnya memang sudah listrik. Mereka berpikir pakai gigabyte, bukan lagi cubic capacity. Makanya mereka melesat.

Sementara itu, pabrikan Jerman terkesan sombong. Bertahun-tahun mereka menertawakan mobil listrik. Lebih memilih bahan bakar sintetis atau mobil hibrida yang boros.

Sekarang, setelah terlambat, mereka panik. Mulai potong karyawan, banting harga, dan buru-buru pasang layar besar di dasbor. Seperti Kodak atau Nokia yang terlambat beradaptasi. Porsche sendiri mengakui, "model bisnis yang sudah puluhan tahun berhasil, sekarang tidak lagi."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline