Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Iqbal

TERVERIFIKASI

Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Mesin Nomor 7

Diperbarui: 13 Oktober 2025   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Leticia Ribeiro : https://www.pexels.com

SUARA mesin jahit berdentang keras. Ribuan mesin. Ribuan tangan bergerak cepat. Kain merah. Kain biru. Kain hitam. Semuanya bergerak di bawah jarum yang naik turun, naik turun, tanpa henti.

"PONIYEM! LEBIH CEPAT! TARGET KAMU MASIH 200 POTONG LAGI! JAM 6 HARUS SELESAI!"

Suara Pak Hendro, mandor, menggema di lantai produksi. Aku mengangguk tanpa menatapnya. Tanganku bergerak lebih cepat. Kaki menginjak pedal mesin. Jarum bergerak lebih kencang.

Keringatku bercucuran. Punggungku pegal. Mataku perih. Tapi aku tidak boleh berhenti. Kalau target tidak tercapai, gaji dipotong.

Aku, Poniyem, 24 tahun, sudah empat tahun kerja di pabrik garmen PT Maju Tekstil. Gaji dua juta dua ratus ribu sebulan. Kerja 12 jam sehari. Senin sampai Sabtu. Minggu kadang lembur kalau ada order mendesak. Dapat tambahan seratus ribu per hari lembur.

Uang itu semua kukirim ke kampung. Untuk Bapak yang sakit stroke. Untuk Ibu agar bisa membuatkan makanan di rumah. Untuk adikku, Lastri, yang SMA kelas 3.

Aku di sini sendirian. Ngekos di kamar kecil. Berbagi dengan tiga orang lain. Tidur bergiliran karena kasurnya cuma dua. Makan sekali sehari. Sisanya mie instan. 

Aku tidak pernah mengeluh. Ini demi keluarga. Demi Lastri yang otaknya encer, dia pintar. Dia harus kuliah. Dia harus punya masa depan yang lebih baik dari aku.

Jarum mesin tiba-tiba bergerak sangat cepat. Kecepatannya tidak normal. Aku coba perlambat dengan mengangkat kakiku dari pedal, namun mesin itu tetap saja meraung-raung, tidak bisa berhenti. 

"PAK HENDRO! MESIN SAYA RUSAK!" teriakku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline