Lihat ke Halaman Asli

Khairul Ikhsan

Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Mengelola Waktu Belajar dan Ibadah: Kunci Sukses Pendidikan di Bulan Ramadhan

Diperbarui: 11 Maret 2025   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampion (Sumber: Baramyou0708 via istockphoto)

Bulan Ramadhan merupakan waktu yang penuh berkah dan menjadi kesempatan bagi setiap individu untuk meningkatkan kualitas ibadah serta kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi siswa dan guru, tantangan terbesar adalah bagaimana menyeimbangkan antara belajar dan ibadah agar keduanya dapat berjalan dengan optimal. Mengelola waktu dengan baik menjadi kunci utama agar kegiatan akademik tetap produktif tanpa mengurangi semangat beribadah.

Manajemen waktu yang baik dapat membantu siswa menghindari kelelahan serta menjaga produktivitas mereka selama bulan Ramadhan. Menurut Brian Tracy, seorang pakar manajemen waktu, keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh kemampuannya mengatur waktu secara efektif. Oleh karena itu, menyusun jadwal yang seimbang antara belajar dan ibadah menjadi langkah awal yang perlu dilakukan.

Salah satu strategi utama dalam mengelola waktu selama Ramadhan adalah menentukan prioritas dengan jelas. Siswa dan guru harus memahami kapan waktu terbaik untuk belajar dan kapan harus beristirahat atau beribadah. Menurut penelitian dalam bidang neuroedukasi, waktu terbaik untuk melakukan aktivitas kognitif yang berat adalah pagi hari setelah sahur dan sholat Subuh, karena pada saat itu otak masih segar dan mampu bekerja dengan optimal.

Memanfaatkan waktu pagi untuk belajar materi yang lebih sulit bisa menjadi strategi efektif agar pemahaman terhadap pelajaran lebih maksimal. Menurut Daniel Kahneman, seorang ahli psikologi kognitif, kemampuan berpikir kritis dan analitis seseorang lebih tinggi pada saat energi masih penuh. Oleh karena itu, mengerjakan tugas akademik di pagi hari sebelum energi menurun akibat puasa dapat meningkatkan efisiensi belajar.

Di siang hari, ketika energi mulai berkurang, siswa dan guru dapat mengalokasikan waktu untuk aktivitas yang lebih ringan, seperti membaca, berdiskusi, atau melakukan refleksi terhadap materi yang sudah dipelajari. Menurut teori pembelajaran aktif dari John Dewey, belajar tidak selalu harus dilakukan dengan cara membaca atau mendengar ceramah, tetapi bisa dengan berdiskusi dan mengeksplorasi materi melalui berbagai pendekatan.

Selain belajar, ibadah juga menjadi prioritas utama selama bulan Ramadhan. Oleh karena itu, menyisihkan waktu khusus untuk sholat, membaca Al-Qur'an, serta kegiatan keagamaan lainnya sangat penting. Menurut Imam Al-Ghazali, keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat adalah kunci dalam mencapai kehidupan yang penuh berkah. Dengan mengatur waktu dengan baik, siswa dapat tetap produktif dalam belajar tanpa mengabaikan ibadah mereka.

Menghindari kebiasaan menunda-nunda tugas juga menjadi faktor penting dalam mengelola waktu dengan baik selama Ramadhan. Sering kali, siswa merasa lelah dan akhirnya menunda tugas-tugas sekolah hingga menjelang waktu berbuka atau setelah tarawih, yang justru membuat mereka semakin sulit berkonsentrasi. Menurut penelitian dalam jurnal psikologi kognitif, kebiasaan menunda pekerjaan dapat meningkatkan stres dan menurunkan kualitas hasil belajar.

Untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan ibadah, penting juga untuk memperhatikan pola tidur yang sehat. Kurangnya tidur akibat bangun sahur dan ibadah malam dapat menyebabkan kelelahan serta menurunkan daya konsentrasi. Menurut National Sleep Foundation, tidur berkualitas selama 6-8 jam per hari tetap diperlukan agar otak dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, menyempatkan tidur siang singkat bisa menjadi solusi agar tubuh tetap segar selama menjalani aktivitas harian.

Guru juga berperan penting dalam membantu siswa mengelola waktu mereka selama bulan Ramadhan. Salah satu caranya adalah dengan memberikan tugas yang lebih fleksibel dan tidak membebani siswa secara berlebihan. Menurut teori pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Thomas Lickona, pendidikan yang baik bukan hanya tentang memberikan ilmu, tetapi juga membantu siswa mengembangkan kebiasaan hidup yang baik, termasuk dalam manajemen waktu.

Selain fleksibilitas dalam tugas, guru juga dapat mengatur metode pembelajaran agar lebih efektif dan sesuai dengan kondisi siswa yang sedang berpuasa. Misalnya, mengurangi ceramah panjang dan menggantinya dengan diskusi kelompok atau pembelajaran berbasis proyek. Menurut Lev Vygotsky, pembelajaran yang melibatkan interaksi sosial lebih efektif dibandingkan metode ceramah satu arah karena memungkinkan siswa lebih aktif dalam memahami materi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline