Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Air dan Pengalaman Masa Kanak-kanak

Diperbarui: 1 September 2025   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikmati hujan/Foto: Hermard

Saat menghirup udara laut Kuala Tungkal pada awal tahun 1970-an, saya turut merasakan adanya dua kekhawatiran besar yang menghantui kebanyakan masyarakat penghuni wilayah Kuala Tungkal, terutama saat musim kemarau tiba.
Ketakutan itu berkaitan dengan kebakaran dan kesulitan mendapatkan air bersih. Air menjadi persoalan pelik karena masyarakat hanya mengandalkan air hujan.

Di sisi lain, kebakaran mudah terjadi disebabkan rumah-rumah di Kuala Tungkal kala itu umumnya berupa bangunan dengan kerangka kayu, berdinding papan, dan beratap daun nipah atau seng.

Dengan penerangan lampu dinding (teplok), petromak (strongkeng), dan lilin. Jika lampu penerangan tersebut terguling, maka apinya akan mudah membakar lantai dan dinding papan, merambat ke atap daun nipah. 

Penyebab kebakaran lainnya adalah ledakan kompor minyak tanah dan jilatan obat nyamuk bakar yang mengenai lantai papan maupun kasur. Upaya pemadaman api dilakukan secara swadaya karena belum ada Damkar seperti sekarang ini.

Kota di Atas Air

Kuala Tungkal berdiri di atas timbunan jutaan meter kubik kayu bulian alias kayu ulin/kayu besi untuk menyangga wilayah seluas delapan puluh hektar lebih. Kayu bulian merupakan kayu ulet, sangat kuat, sering dijadikan pondasi bangunan. Bahkan jembatan (jerambah) dibangun dengan menggunakan kayu bulian. Pun juga tiang-tiang rumah panggung disangga kayu bulian. Jalan Asia dengan deretan puluhan toko, semula dibangun dari susunan kayu bulian.

Kayu bulian Jalan Asia/Foto: FB Kuala Tungkal Tempo Dulu

Nama Kuala Tungkal berasal dari kata kuala, berarti pertemuan sungai dengan sungai, atau sungai dengan laut. Kata tungkal dapat dikaitkan dengan nama sungai yang membelah wilayah Tanjung Jabung Barat hingga pantai timur. 

Menurut beberapa referensi, Kuala Tungkal dapat diartikan sebagai tempat pertemuan aliran sungai Tungkal dengan sungai lainnya di wilayah dekat pantai.

Kuala Tungkal, adalah ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat, salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Berjarak dua ratus kilometer lebih dari kota Jambi.

Sebagai wilayah pasang surut, bangunannya didominasi oleh keberadaan rumah panggung. Kehadiran rumah panggung dibuat untuk menghindari luapan air pasang, terlebih saat terjadi pasang besar. Juga menyadari sebagian daratan Kuala Tungkal sejajar dengan permukaan laut.

Rumah panggung/Foto: Abde Rosnani

Deretan rumah panggung memenuhi perkampungan kawasan pesisir laut (kampung nelayan, kampung bajo) dan rumah-rumah di pinggir sungai yang bermuara ke lautan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline