Lihat ke Halaman Asli

Mengajarkan Cinta Satwa Endemik untuk pariwisata Lokal : Pengalaman KKN di SD YPS Singkole

Diperbarui: 11 Oktober 2025   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak Sekolah Dasar sangat antusias menerima Pelajaran Mengenai Hewan Endemik

Tim KKN 114 Pariwisata Sorowako melaksanakan sebuah program edukasi lingkungan yang inspiratif di SD YPS Singkole, Desa Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur pada tanggal 24 Juli 2025. Program ini ditujukan untuk siswa kelas 5 dan 6, dengan fokus utama memperkenalkan hewan-hewan endemik Danau Matano serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan demi pengembangan pariwisata lokal berbasis ekologi.Danau Matano dikenal sebagai salah satu danau terdalam di dunia dengan ekosistem yang sangat unik. Banyak spesies hewan yang hanya hidup di danau ini dan tidak ditemukan di tempat lain. Dalam kegiatan mengajar, Tim KKN 114 memperkenalkan berbagai contoh hewan endemik seperti beragam jenis udang Caridina, kepiting endemik, serta ikan-ikan khas Danau Matano. Hewan-hewan ini menjadi kekayaan hayati yang memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata alam, sekaligus menjadi identitas lokal Sorowako.

Untuk memudahkan pemahaman siswa, tim tidak hanya menyebutkan nama hewan, tetapi juga menjelaskan morfologi (bentuk tubuh) dan fisiologi (cara kerja serta adaptasi hidupnya). Misalnya, udang endemik Danau Matano memiliki ukuran tubuh kecil dengan warna yang bervariasi, serta mampu hidup di perairan sangat jernih dan dalam. Kepiting endemik memiliki bentuk capit dan cangkang unik yang beradaptasi dengan substrat bebatuan danau. Penjelasan ini membuat siswa menyadari bahwa keunikan setiap hewan bukan kebetulan, tetapi hasil adaptasi terhadap lingkungan khas Danau Matano.

Setelah memahami keunikan fauna endemik, siswa diajak melihat keterkaitan antara keanekaragaman hayati dan pariwisata lokal. Tim KKN 114 menjelaskan bahwa jika hewan-hewan ini dilestarikan, Danau Matano dapat menjadi destinasi wisata edukasi dan ekowisata yang menarik wisatawan. Sebaliknya, jika habitat rusak akibat pencemaran atau eksploitasi, hewan-hewan tersebut bisa punah dan potensi pariwisata akan hilang. Dengan cara ini, siswa diberi pemahaman bahwa menjaga alam bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga masa depan ekonomi daerah.

Kesadaran konservasi menjadi bagian penting dalam materi. Tim mengajak siswa berdiskusi tentang cara menjaga kelestarian Danau Matano, seperti tidak membuang sampah ke danau, tidak menangkap hewan endemik sembarangan, serta menghargai ekosistem sebagai bagian dari identitas daerah. Pendekatan ini membuat siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal mereka.

Untuk menambah semangat belajar, kegiatan ditutup dengan kuis berhadiah. Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan seputar hewan endemik dan pelestarian lingkungan. Suasana kelas menjadi aktif, interaktif, dan penuh keceriaan. Melalui kuis ini, tim memastikan bahwa materi tidak hanya didengar, tetapi benar-benar dipahami dan diingat oleh siswa.

Program kerja ini menunjukkan bahwa edukasi lingkungan dapat dikemas secara menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Tim KKN 114 Pariwisata Sorowako berhasil menggabungkan ilmu pengetahuan, kesadaran konservasi, dan potensi pariwisata dalam satu kegiatan yang bermanfaat. Melalui kegiatan ini, generasi muda Sorowako tidak hanya mengenal kekayaan Danau Matano, tetapi juga belajar untuk menghargai dan menjaga warisan alam yang menjadi kebanggaan daerah mereka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline