Pagi itu (15/10) saya hendak terbang ke Jakarta. Karena terburu-buru, saya lupa mengisi daya handphone di rumah. Ketika sampai di Bandara Raden Inten II, baterai ponsel saya hanya tersisa 8%.
Saat melangkah ke area Gate 1, pandangan saya langsung tertuju pada deretan colokan di tiang besar berwarna abu-abu. Beberapa penumpang tampak sibuk mengisi daya sambil menunggu panggilan boarding.
Namun, saat hendak mencolok charger, saya mendadak ragu. Apakah aman mengisi daya ponsel di bandara? Apakah fasilitas umum seperti ini benar-benar bebas dari risiko pencurian data?
Pertanyaan sederhana itu membawa saya pada hal penting yang sering kita abaikan: tidak semua kemudahan digital di tempat publik aman digunakan.
Risiko Tersembunyi dari Port USB Publik: “Juice Jacking”
Beberapa tahun terakhir, banyak bandara di dunia menyediakan port USB publik untuk mengisi daya ponsel tanpa adaptor. Praktis memang, tetapi di balik kemudahan itu tersimpan ancaman serius yang dikenal dengan istilah “juice jacking.”
Juice jacking terjadi ketika pelaku kejahatan menanamkan perangkat jahat di dalam port USB publik. Saat seseorang mencolokkan kabelnya, bukan hanya daya listrik yang mengalir, tetapi juga data pribadi dari ponsel bisa dicuri. Lebih berbahaya lagi, perangkat korban bisa disusupi malware tanpa disadari.
Beberapa kasus di luar negeri menunjukkan, hacker dapat mengunduh data pribadi, mencuri kata sandi media sosial, bahkan memantau aktivitas pengguna dari jarak jauh. Karena itu, lembaga seperti FBI dan Komisi Komunikasi Federal (FCC) Amerika Serikat secara resmi memperingatkan masyarakat untuk tidak menggunakan port USB publik di bandara, hotel, atau stasiun.
Perubahan di Bandara: Dari Port USB ke Colokan Listrik Biasa