Lihat ke Halaman Asli

Pati Jagung: Solusi Ramah Lingkungan untuk Bioplastik Masa Depan

Diperbarui: 12 Februari 2025   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

            Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia pada tahun 2023 mencapai 38,2 juta ton dengan 19,16% sampah di antaranya merupakan sampah plastik. Plastik telah menjadi bahan dengan tingkat konsumsi yang tinggi di dunia. Plastik sering digunakan sebagai bahan untuk mengemas pangan karena memiliki harga yang murah dan mudah didapatkan. Ironisnya, limbah plastik dapat mencemari lingkungan dan menjadi masalah global yang serius sehingga harus segera ditangani. Limbah plastik bersifat sulit terurai dan menumpuk di daratan, sementara sebagian lainnya dapat mencemari lautan, mengubah ekosistem laut, dan berdampak negatif terhadap hewan laut. Komponen plastik dapat menjadi partikel kecil (mikroplastik) yang dimakan oleh plankton dan pada akhirnya akan masuk ke dalam rantai makanan, termasuk ke dalam tubuh manusia (Comăniță et al., 2016).

           Dalam menghadapi krisis sampah plastik yang semakin mengancam lingkungan ini, inovasi menggunakan bahan ramah lingkungan menjadi semakin penting. Masalah lingkungan akibat limbah plastik dapat diatasi dengan pengembangan bioplastik yang dapat terurai secara alami sebagai pengganti polimer sintetis. Salah satu alternatif yang menjanjikan adalah bioplastik berbahan dasar pati jagung. Dengan sifatnya yang dapat terurai secara alami dan bahan baku yang melimpah, jagung berpotensi menjadi solusi berkelanjutan bagi industri plastik di masa depan.

          Bioplastik merupakan plastik berbahan hayati, seperti pati, selulosa, dan lignin yang bersifat dapat terurai oleh mikroorganisme. Bioplastik atau plastik biodegradable dapat terbuat dari bahan yang berasal dari tanaman maupun hewan (Sulastri et al., 2023). Bioplastik dapat digunakan seperti plastik konvensional dan dapat terdegradasi oleh mikroorganisme dan menghasilkan air serta zat yang aman bagi lingkungan setelah digunakan (Sinaga et al., 2014).

         Pati termasuk polisakarida yang banyak didapatkan dari tumbuhan dan merupakan salah satu polimer yang paling sering digunakan untuk memproduksi bioplastik. Hal ini disebabkan  karena harganya yang murah, banyak ditemukan, non-toksik, terbarukan, struktur yang stabil dan memiliki kemampuan memperlambat transmisi oksigen. Jagung mengandung pati dalam jumlah besar, yang merupakan bahan utama dalam pembuatan bioplastik. Pati jagung merupakan salah satu jenis pati yang mengandung komponen hidrokoloid yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk matriks bioplastik (Tavares et al., 2019). Kadar amilosa pati jagung yang tinggi sekitar 25% dapat berpotensi menghasilkan film yang lebih kuat dibandingkan pati yang mengandung lebih sedikit amilosa (Kusumawati et al., 2013). Pati jagung dapat diolah menjadi polilaktat (PLA), sejenis polimer alami yang memiliki karakteristik mirip plastik konvensional tetapi lebih mudah terurai di lingkungan. Selain itu, jagung sebagai bahan baku bioplastik memiliki beberapa keunggulan:

1. Terbarukan dan melimpah

Jagung dapat dibudidayakan dengan cepat, menjadikannya sumber daya yang lebih berkelanjutan dibandingkan plastik berbasis minyak bumi.

2. Biodegradable

Bioplastik dari jagung dapat terurai dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun, jauh lebih cepat dibandingkan plastik konvensional yang bisa bertahan ratusan tahun.

3. Ramah lingkungan

Proses produksi bioplastik berbasis jagung menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan plastik berbasis fosil.

4. Proses produksi yang ramah lingkungan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline