Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tagar #KluivertOut Menggema Usai Timnas Gagal ke Piala Dunia 2026

13 Oktober 2025   07:45 Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:50 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes (kanan) terlibat benturan dengan pemain Iraq, Manaf Younis dalam laga putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang berlangsung di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (11/10/2025) waktu setempat. (AP Photo/Ali Issa)

Ketika Patrick Kluivert resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala Tim Nasional Indonesia pada 8 Januari 2025, harapan publik sepak bola tanah air membubung tinggi. Sosok legendaris asal Belanda itu datang membawa reputasi besar sebagai mantan bintang Barcelona, AC Milan, dan Ajax Amsterdam. Ia diharapkan mampu melanjutkan tongkat estafet yang ditinggalkan Shin Tae-yong dengan membawa Indonesia menembus level baru: babak kualifikasi Piala Dunia 2026.

Namun, mimpi itu kandas lebih cepat dari yang dibayangkan. Di laga terakhir Ronde 4 Kualifikasi Zona Asia yang digelar Minggu (12/10) dini hari WIB, Indonesia harus mengakui keunggulan tipis Irak dengan skor 0–1. Kekalahan tersebut memastikan Garuda menutup Grup B di dasar klasemen tanpa satu pun poin. Sebelumnya, Indonesia juga tumbang dari Arab Saudi dengan skor 2–3.

Kegagalan ini pun segera memicu gelombang kekecewaan di dunia maya. Tagar #KluivertOut menjadi trending di berbagai platform media sosial. Publik merasa ekspektasi besar yang disematkan pada mantan striker Timnas Belanda itu justru berbalik menjadi catatan kelam dalam sejarah kepelatihan Timnas.

Janji Besar yang Tak Terealisasi

Sejak awal, penunjukan Kluivert menuai optimisme bercampur skeptisisme. Optimisme karena namanya membawa aroma sepak bola Eropa yang modern; skeptisisme karena ia belum pernah menukangi tim nasional di kawasan Asia Tenggara.

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. (Foto: PSSI via https://bola.okezone.com) 
Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. (Foto: PSSI via https://bola.okezone.com) 

Dalam delapan pertandingan resminya bersama Indonesia, Kluivert hanya mencatat tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan empat kekalahan. Ironisnya, seluruh kekalahan terjadi di laga tandang—masing-masing melawan Australia, Jepang, Arab Saudi, dan Irak. Di bawah arahannya, lini pertahanan Indonesia kebobolan 15 kali dan hanya mampu mencetak 10 gol.

Kemenangan terbesar, 6–0 atas Taiwan dalam laga FIFA Matchday, sempat memberi harapan. Tetapi kegembiraan itu cepat sirna ketika Indonesia dibantai Jepang 0–6 di Stadium Suita, Osaka, Jepang. Kekalahan itu bukan sekadar soal skor, melainkan juga menunjukkan jurang kualitas yang masih menganga lebar antara Indonesia dan raksasa Asia lainnya.

Kluivert sempat berjanji akan membangun “karakter permainan ofensif berbasis penguasaan bola” seperti gaya total football yang ia kenal sejak muda. Namun di lapangan, visi itu tak kunjung menemukan bentuk. Garuda justru sering tampil tanpa arah, kehilangan kreativitas di lini tengah, dan terlalu bergantung pada serangan balik.

Ekspektasi Publik dan Realitas Kompetisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun