Salah satu lokasi strategis utama di Jawa Timur adalah Desa Waru di Kabupaten Sidoarjo, yang berfungsi sebagai zona penyangga antara Surabaya dan berbagai kawasan industri di sekitarnya. Karena letaknya di perbatasan antara Sidoarjo dan Surabaya, komunitas ini memiliki dinamika sosial dan ekonomi yang relatif cepat. Faktanya, keberadaan Pasar Waru sebagai pusat peredaran ekonomi komunitas, beserta aktivitas perdagangan dan jasa, memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Di balik itu, Desa Waru menghadapi masalah serius: kurangnya sumber daya untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Meskipun Dana Desa dari pemerintah pusat memberikan kontribusi signifikan untuk pembangunan dasar, ketergantungan berlebihan pada sumber dana ini seringkali membatasi kemampuan desa untuk berkreasi dan beradaptasi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh struktur regulasi Dana Desa, yang menetapkan pedoman yang cukup ketat dalam penggunaannya dan fokus secara eksklusif pada pengembangan infrastruktur dasar serta pemberdayaan komunitas tertentu. Persyaratan ini membatasi kemampuan pemerintah desa untuk sepenuhnya menentukan cara mengalokasikan dana guna memenuhi kebutuhan nyata, seperti mendirikan zona perdagangan, meningkatkan infrastruktur pasar, dan mengembangkan sektor usaha mikro.
Sementara itu, seiring pertumbuhan populasi dan kompleksitas aktivitas ekonomi, kebutuhan pengembangan Desa Waru terus meningkat. Investasi yang signifikan diperlukan untuk perbaikan jalan lingkungan, perbaikan saluran air, dan penyediaan ruang usaha bagi pelaku UMKM. Untuk memastikan pertumbuhan desa tidak terhenti dan dapat berlanjut secara berkelanjutan, sangat penting untuk meneliti opsi pendanaan di luar Dana Desa. Contoh konkret lain dari upaya desa untuk menjadi mandiri secara finansial adalah upaya mencari sumber pendanaan alternatif. Desa Waru dapat menjadi kurang bergantung pada bantuan pemerintah pusat dan lebih tangguh terhadap perubahan kebijakan nasional jika memiliki aliran pendapatan sendiri. Selain itu, dengan mendiversifikasi sumber pendanaan, desa dapat mendukung proyek-proyek kreatif yang mencerminkan karakteristik unik komunitasnya. Ada banyak peluang di Desa Waru yang dapat dimanfaatkan dalam situasi ini, terutama dengan mengelola potensi ekonomi komunitas yang terus berkembang.
Sebagai pusat aktivitas komersial bagi lingkungan sekitar dan wilayah sekitarnya, Pasar Waru merupakan salah satu aset ekonomi terbesar Desa Waru. Pasar ini berfungsi sebagai pusat sosial yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat selain sebagai tempat untuk membeli dan menjual kebutuhan sehari-hari. Pengelolaan pasar yang lebih profesional dapat menjadi sumber pendapatan lokal yang penting. Pendapatan Asli Desa (PADes) dapat ditingkatkan dengan langkah-langkah seperti mendigitalisasi sistem denda, mengatur pedagang agar lebih teratur, dan memanfaatkan lahan sekitar pasar untuk usaha ekonomi inovatif. Dana yang diperoleh dari parkir, retribusi kios, dan pengelolaan fasilitas umum dapat digunakan untuk membiayai pembangunan berkelanjutan.
Pertumbuhan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dapat menjadi alat penting dalam mendorong kemandirian ekonomi desa selain potensi pasar. Di Desa Waru, BUMDes memiliki kesempatan untuk mengelola berbagai bidang, termasuk pengelolaan sampah, layanan parkir, penjualan produk pertanian, dan optimalisasi aset. Posisi strategis Desa Waru yang dekat dengan sektor komersial dan industri membuka peluang kolaborasi dengan sektor swasta. Melalui inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), pemerintah desa dapat menjalin kemitraan dengan bisnis sekitar. Dana CSR dapat digunakan untuk pelatihan kewirausahaan komunitas, pemberdayaan tenaga kerja, dan pengembangan infrastruktur.
Desa Waru juga memiliki potensi untuk mengembangkan sektor inovasi digital dan ekonomi kreatif sebagai sumber pendapatan baru di era digital saat ini. Pemerintah desa dapat memfasilitasi pembentukan platform internet untuk mempromosikan produk regional seperti kerajinan tangan, kuliner khas, atau layanan berbasis komunitas. E-commerce lokal dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan pendapatan masyarakat tanpa memerlukan pengeluaran finansial yang signifikan. Namun, kemampuan pemimpin desa dalam mengelola, keterlibatan masyarakat, transparansi manajemen, dan dukungan regulasi yang memadai merupakan faktor kritis bagi kesuksesan program-program ini. Program kreatif apa pun akan kesulitan dipertahankan tanpa keterlibatan masyarakat karena kurangnya landasan sosial yang kokoh.
Untuk mendukung inisiatif dalam mencari sumber pendanaan alternatif, pemerintah desa harus menerapkan teknik pengelolaan aset dan keuangan yang lebih efisien. Pembaruan data aset desa, seperti aset kekayaan negara, tanah publik, bangunan, dan fasilitas umum lainnya, merupakan langkah pertama yang dapat dilakukan. Untuk memetakan potensi aset yang dapat dimanfaatkan secara efektif, seperti untuk lahan pertanian modern, ruang usaha, atau pengembangan zona ekonomi baru, desa-desa memerlukan data yang akurat. Peningkatan kemampuan administrator lokal juga harus menjadi prioritas utama. Pemimpin desa harus memahami dasar-dasar tata kelola administratif yang akuntabel, perencanaan pembangunan berbasis data, dan manajemen keuangan.
Strategi lain untuk mendorong pertumbuhan adalah kerja sama antara pemerintah desa dan lembaga pendidikan. Untuk membantu desa dalam penelitian potensi ekonomi, digitalisasi BUMDes, dan pengembangan model bisnis berkelanjutan, mahasiswa dari beberapa universitas di wilayah Sidoarjo dan Surabaya dapat berperan sebagai mitra strategis. Untuk melatih masyarakat, terutama generasi muda dan pelaku UMKM, dalam kewirausahaan, manajemen bisnis, dan literasi digital, desa-desa juga dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan. Pendekatan paling praktis yang dapat diterapkan di banyak komunitas Indonesia adalah meningkatkan pengelolaan sumber daya lokal, seperti pasar desa dan pembangunan BUMDes.
Karena hampir setiap desa memiliki sumber daya serupa yang dapat dimanfaatkan secara mandiri, strategi ini cukup mudah untuk diimplementasikan. Teknik ini dapat langsung mempengaruhi ekonomi komunitas tanpa memerlukan investasi awal yang signifikan. Pengembangan sistem pembayaran digital dan pemberdayaan pedagang dapat mengoptimalkan pengelolaan Pasar Waru di lingkungan Desa Waru. Kemungkinan kebocoran pendapatan dapat dikurangi dan kepercayaan publik terhadap pemerintah desa dapat meningkat dengan sistem administratif yang terbuka dan terorganisir dengan baik.
Namun, keterlibatan komunitas dan transparansi pengelolaan sangat kritis bagi kesuksesan inisiatif ini. Komunitas adalah pemain utama dalam pengembangan desa, berperan sebagai penerima manfaat dan motor penggerak ekonomi lokal. Rasa kepemilikan terhadap pengembangan desa akan meningkat ketika warga lokal terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Melibatkan pedagang dalam perencanaan pengelolaan pasar dapat membantu mereka memahami pentingnya membayar pungutan secara sistematis di Desa Waru. Komponen penting lainnya dalam menjaga kepercayaan publik adalah transparansi. Laporan keuangan rutin harus dirilis oleh otoritas desa melalui media digital dan papan informasi publik. Langkah ini tidak hanya memperkuat akuntabilitas tetapi juga mendorong ide-ide baru dari masyarakat yang merasa terlibat dalam pembangunan.
Pemuda dan mahasiswa memainkan peran penting dalam mempromosikan kreativitas dalam pendanaan desa. Dengan akses mereka terhadap teknologi dan kemampuan analitis, mahasiswa dapat membantu desa beradaptasi dengan zaman. Mereka dapat berkontribusi dalam pengembangan aplikasi pengelolaan pasar, digitalisasi sistem BUMDes, atau penyediaan pelatihan pemasaran digital dan literasi keuangan. Selain itu, dengan menciptakan komunitas yang berfokus pada promosi produk daerah seperti kerajinan tangan dan kuliner melalui internet, pemuda di daerah pedesaan dapat menjadi motor ekonomi kreatif. Produk Desa Waru memiliki kesempatan untuk masuk ke pasar domestik bahkan internasional dengan memanfaatkan teknologi tanpa harus mengeluarkan biaya iklan yang tinggi.