Mohon tunggu...
T. Fany R.
T. Fany R. Mohon Tunggu... Pecinta kopi, penjelajah kata, dan hobi lari

Kopi bukan hanya minuman—ia adalah teman refleksi. Buku bukan sekadar bacaan—ia adalah jendela dunia. Dan lari bukan hanya olahraga—ia adalah ruang dialog dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Love

Jangan Kembali

13 Oktober 2025   05:13 Diperbarui: 13 Oktober 2025   05:13 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Kembali ke Tempat yang Pernah Menghilangkan Senyummu

Jangan Kembali ke Tempat yang Pernah Menghilangkan Senyummu

Kita semua pernah berada di titik lelah. Titik di mana senyuman yang biasanya mudah terukir di wajah, tiba-tiba terasa berat. Hati yang dulunya ringan, kini penuh dengan beban yang tak kasat mata. Dan sering kali, semua itu berawal dari sebuah tempat---bukan sekadar ruang fisik, tapi situasi, lingkungan, atau bahkan seseorang yang secara perlahan mengikis kebahagiaan kita.

"Don't go back to the same place where you lost your smile." Kalimat ini terdengar sederhana, tapi menyimpan makna yang dalam. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya melindungi diri, menjaga kewarasan, dan memprioritaskan kebahagiaan yang sering kali kita korbankan demi hal-hal yang ternyata tidak layak untuk dipertahankan.

Sering kali kita merasa rindu pada masa lalu, pada orang-orang tertentu, atau pada momen-momen yang sempat membuat kita merasa hidup. Tapi kita lupa, bahwa di balik momen manis itu, ada luka yang kita tanggung. Ada air mata yang kita sembunyikan. Ada senyum yang hilang perlahan.

Kembali ke tempat yang pernah membuat kita kehilangan senyum, ibarat memaksakan diri masuk ke dalam kobaran api dengan harapan tak lagi terbakar. Tapi luka lama mudah terbuka, dan racun yang sama bisa kembali menyebar.

Belajar dari masa lalu bukan berarti mengulanginya. Memahami apa yang dulu melukai kita bukan berarti harus kembali ke sana. Ada banyak tempat baru yang menanti, banyak pengalaman yang belum dijalani, dan banyak orang yang siap membuat kita tersenyum tanpa perlu kita terluka lebih dulu.

Menjaga diri dari tempat-tempat yang membuat kita hancur adalah bentuk keberanian. Itu bukan berarti kita lemah atau pendendam. Itu artinya kita mulai mencintai diri sendiri. Kita mulai tahu batas, dan tahu bahwa kebahagiaan kita tak seharusnya terus-menerus ditukar dengan rasa sakit hanya karena merasa "sudah terbiasa."

Hidup terlalu singkat untuk terus kembali ke titik yang sama dan berharap hasil yang berbeda. Jangan habiskan waktu untuk membangun jembatan menuju tempat yang sudah terbukti tak layak ditinggali. Bangun arah baru, bahkan jika itu berarti kamu harus berjalan sendiri untuk sementara waktu.

Karena pada akhirnya, tempat terbaik bukan yang pernah kamu perjuangkan mati-matian, tapi tempat di mana senyummu tumbuh tanpa paksaan. Tempat di mana kamu bisa menjadi diri sendiri tanpa merasa kecil, takut, atau tidak cukup. Dan kamu layak untuk berada di tempat seperti itu.

Jangan kembali ke tempat yang membuatmu kehilangan senyum. Karena senyummu terlalu berharga untuk terus dikorbankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun