Lihat ke Halaman Asli

Handoko

Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Putin dan Dongeng Hans Christian Andersen yang Tak Lekang Oleh Waktu

Diperbarui: 16 Januari 2023   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Valery Tenevoy di unsplash.com

Hans Christian Andersen, hidup sekitar 150 tahun yang lalu. Hidup di masa belum ada gadget, internet, bahkan radio pun belum ada. Namun kisah-kisah dongeng anak-anak yang dia tulis, masih diceritakan sampai sekarang. Nilai dan pelajaran hidup yang terselip dalam hasil karyanya, tidak punya tanggal kadaluwarsa.

Salah satu dongeng anak-anak yang ditulis Andersen, berjudul : "Kaisar dan Pakaian Barunya"

Membaca kesalahan perhitungan Putin saat memutuskan untuk menyerang Ukraina, membuat dongeng H.C. Andersen ini serasa hidup kembali dengan setting dunia modern dan kaisar dalam dongeng itu bernama Vladimir Putin.

Sulit dibayangkan bahwa kesombongan bisa membuat orang sedemikian buta pada kenyataan. Bagaimana dua orang pencuri dan penipu, bisa mengelabui seluruh pemerintahan (kaisar dan para penasihatnya).

Namun, demikianlah Putin dan pemerintahannya terjebak dalam ilusi tentang kejayaan Uni Soviet di masa lalu.

Praktik korupsi mengakar dan menjalar ke segala bidang kehidupan dan pemerintahan, bahkan sampai ke bidang pertahanan dan keamanan. Angkatan perang yang dibangga-banggakan Putin, tidak seangker yang dibayangkan. Anggaran yang besar untuk memodernisasi angkatan perang Rusia, lebih banyak yang bocor ke pejabat-pejabatnya daripada digunakan untuk memperkuat angkatan perang mereka.

Kepercayaan diri Putin dan keberaniannya, tidak berdasarkan kenyataan di lapangan. 

Jika Putin adalah kaisar dalam dongeng H.C. Andersen. Angkatan perang Rusia adalah baju baru kaisar dalam dongeng itu. Sementara Ukraina, memerankan peran anak kecil yang polos dan jujur dalam dongeng H.C. Andersen. 

Angkatan perang yang dibangga-banggakan Putin, gagal memenuhi harapan Putin. Perang yang dibayangkan akan selesai dalam waktu yang singkat dengan kemenangan gemilang Rusia, tak juga kunjung selesai. Meski Putin tak kunjung bersedia mengakui kekalahan dan perang jadi berkepanjangan, satu hal bisa dipastikan, angkatan perang Rusia tidak segarang yang dibayangkan Putin.

Puluhan ribu tentara Rusia gugur, bukan demi mempertahankan kedaulatan negara mereka.  Mereka mati di negara orang sebagai agressor dan demi membuktikan "kehebatan" Putin.

Seperti juga dalam dongeng itu, sang kaisar tidak bisa mengakui kesalahannya. Meskipun ketika akhirnya dia sadar bahwa dia tertipu dan telanjang, dia memilih berkeras dalam kebohongan. Putin menolak untuk mengaku kalah. Rencana-rencana perang baru terus dibuat. Rakyat sipil, dipaksa menjadi tentara dan dikirimkan ke medan perang tanpa pelatihan yang memadai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline