Lihat ke Halaman Asli

Ketika Penjahat Tidak Lagi Tampak Jahat: Tentang Topeng, Aura, dan Manipulasi

Diperbarui: 31 Mei 2025   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Topeng (Kreasi AI)

Mengapa aura kejahatan sering kali lenyap ketika pelakunya tertangkap? 

Pertanyaan ini membuka ruang refleksi tentang cara kita memaknai kejahatan. Kita cenderung mengenali pelaku kejahatan lewat simbol visual: sorot mata tajam, tubuh yang mengintimidasi, atau penampilan yang melawan norma. Namun ketika kekuasaan itu runtuh, tampilan pun memudar. Ia tak lagi tampak mengancam. Yang tersisa hanyalah manusia biasa: tubuh lelah, kepala tertunduk, dan tatapan kosong.

Aura kejahatan ternyata sangat bergantung pada konteks sosial. Ia hadir saat pelaku berada dalam posisi dominan dan sorotan publik. Ketika panggung itu hilang, citra jahat pun ikut runtuh. Publik yang awalnya takut bisa berbalik merasa kasihan atau justru apatis. Di titik inilah kita sadar: kejahatan bukan entitas gaib yang melekat, melainkan peran sosial yang bisa dimainkan, dan bisa dilepas.

Wajah manusia yang semula tersembunyi di balik kekuasaan akhirnya muncul. Sosok yang tadinya kita anggap sebagai simbol ancaman berubah menjadi figur yang tak berbeda dari kita. Ini memperlihatkan bahwa aura jahat lebih merupakan hasil dari narasi dan imajinasi kolektif, bukan kenyataan objektif.

Dalam kerangka budaya, kejahatan sering dihubungkan dengan setan—makhluk yang menggoda dan memanipulasi. Dari perspektif psikologi sosial, "setan" bisa dibaca sebagai dorongan destruktif dalam diri manusia yang muncul ketika kontrol sosial melemah. Maka saat pelaku dibatasi oleh sistem, kekuatan itu pun memudar. Ia kembali menjadi manusia biasa—tanpa aura gelap, tanpa kekuatan yang mengancam.

Namun ada jenis kejahatan yang berbeda: korupsi. Ia tidak tampak, tidak menakutkan, bahkan sering tampil meyakinkan. Para pelakunya berbicara dengan tenang, mengenakan jas rapi, dan disambut dalam acara-acara resmi. Tapi di balik semua itu, tersembunyi praktik perampasan hak rakyat dalam skala masif. Tidak ada darah, tidak ada jeritan. Tapi ada jutaan hidup yang terganggu.

Contohnya terlihat dalam skandal pengadaan alat kesehatan atau proyek fiktif berskala nasional. Para pelaku tidak tertangkap basah dengan kekerasan, melainkan dengan dokumen dan angka. Tapi akibatnya: anggaran pendidikan terpangkas, layanan kesehatan terhambat, dan kepercayaan publik hancur. Kejahatan seperti ini bekerja diam-diam, tapi efeknya nyata di kehidupan sehari-hari. Bayangkan seorang ibu yang kehilangan anak karena gagal mendapatkan layanan ICU, hanya karena anggaran alat kesehatan dikorupsi. Itulah wajah kejahatan yang tidak terlihat, tapi nyata.

Begitu pula dengan manipulasi pemilu. Mereka yang bermain di wilayah ini tidak mengangkat senjata, melainkan memelintir data, memodifikasi sistem, dan mencuri suara lewat legitimasi. Mereka tampil dalam debat publik, mengutip undang-undang, seolah-olah sedang membela demokrasi. Padahal, yang mereka lakukan adalah membajak masa depan rakyat.

Kejahatan seperti ini sulit dikenali karena tampilannya tidak seperti kejahatan. Ia dibungkus dalam retorika, dilembagakan dalam prosedur, dan dimaklumi dalam budaya. Itulah mengapa aura kejahatannya tak muncul. Tapi justru karena tak tampak, ia lebih berbahaya.

Kita sering takut pada penjahat brutal. Tapi pernahkah kita takut pada mereka yang merampas hak dengan senyum dan simbol kehormatan? Kejahatan sejati bisa datang tanpa peringatan, tanpa wajah garang. Ia menyelinap lewat sistem, hadir lewat ketenangan, dan menyapa kita dengan tangan yang bersalaman.

Aura kejahatan dibentuk oleh sorotan dan narasi. Ketika narasi berubah dan sorotan berpaling, wajah di balik topeng bisa muncul. Dan sering kali, wajah itu tak asing. Bisa jadi itu wajah yang kita hormati, atau yang pernah kita pilih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline