Kita sering membaca pemberitaan korban tindakan kejahatan dengan cara hipnotis. Dengan cara ini, korban bak robot, menuruti dan melakukan semua perintah pelaku kriminal, apakah menyerahkan semua uang dan perhiasan di badannya, menarik uang di ATM, bahkan menyerahkan kunci mobil untuk dibawa kabur si penjahat. Tahukah Anda, bahwa ada sejenis obat yang mempunyai kemampuan persis seperti hipnotisme yang dinamakan scopolamine. Obat ini tidak membuat orang tertidur pulas, namun membuat membuat memori otaknya berhenti bekerja, sehingga dia dapat diperintah melakukan apa saja ‘di luar kesadarannya’.
Scopolamine dalam dosis rendah memang dipakai dalam dunia kedokteran untuk mengatasi beberapa gangguan penyakit. Dia antara lain dipakai sebagai obat anti mabuk darat/laut/udara (motion sickness) dan obat anti muntah setelah seseorang dibius di ruang operasi. Scopolamine juga ada dalam bentuk obat tetes mata. Dia juga dipakai dalam pengobatan penyakit Parkinson, gangguan usus seperti irritable bowel syndrome dan diverticulus. Namun seperti halnya jenis obat-obatan legal lainnya, scopolamine kini dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan perampokan, pemerkosaan, pornografi anak, penculikan bahkan juga perdagangan organ tubuh manusia.
Modus yang paling umum dilakukan adalah dengan memasukkan serbuk scopolamine ini ke dalam minuman, makanan atau pada permen karet. Scopolamine ini tak berbau, tak berasa dan tak berwarna (odorless, tasteless, colorless), sehingga korban tak mencurigai sudah masuk dalam jerat pelaku kejahatan. Cukup dengan dosis 5-7 miligram, korban akan berubah jadi manusia robot seperti ‘zombie’. Dia akan ‘manut’ seperti kerbau dicocok hidungnya terhadap segala perintah pelaku kriminal, seperti menguras tabungannya sendiri, ikut membantu merampok, membiarkan dirinya dijadikan pelacur atau pemain film pornografi. Dan ‘kehebatan’ dari scopolamine ini, memori si korban dibuatnya terhapus, sehingga setelah dia tersadar, bahkan kronologis kejadian dan wajah-wajah pelaku kejahatan ini tak sedikitpun yang diingatnya.
Scopolamin sebetulnya mempunyai sejarah panjang sebagai obat hipnotik. Dia diekstrak dari tanaman yang antara lain diberi nama ‘angel trumpet’ (terompet malaikat) karena bentuk bunganya yang menyerupai terompet berwarna putih atau kuning. Tanaman ini banyak dijumpai di kawasan Amerika Latin, khususnya di negara Kolumbia. Di Kolumbia tanaman ini diberi nama ‘borrachero’ (arti harfiahnya ‘bikin orang teler’). Di sana, bahkan anak-anak diwanti-wanti untuk tidak tiduran di bawah pohon borrachero ini, karena dari serbuk bunganya yang jatuh terhisap ke dalam hidung dapat membuat linglung kita. Di Kolumbia, di mana scopolamine terbanyak dipakai oleh pelaku kriminal, serbuk ini dinamakan dengan ‘devil’s breath’, karena dengan satu hisapan pada hidung langsung membuat orang ‘tersihir’.
Legenda suku Indian di Kolumbia mengisahkan para isteri dan budak raja yang mangkat dicekoki dengan scopolamine, sehingga mereka manut dikubur hidup-hidup mendampingi junjungannya ke alam baka. Di zaman Nazi, scopolamine ini dipakai oleh polisi rahasia untuk mengorek pengakuan orang yang dicurigai. Juga, konon dinas rahasia CIA memanfaatkannya untuk maksud yang sama. Scopolamine dalam dosis 10 miligram dapat mematikan. Dalam serial televisi CSI, pernah ditayangkan pemain judi kasino yang diracun oleh pramuria dengan cara memasukkan obat tetes mata ke dalam minumannya. Dalam dunia nyata, ada kisah seorang wanita dengan bayinya di Bogota yang menjadi korban modus kejahatan scopolamine waktu berada dalam bus. Tiga hari kemudian, dia ditemukan polisi sedang mengoceh di jalanan setengah telanjang. Bayinya raib dan dipastikan diculik sindikat perdagangan bayi. Ibu ini adalah satu dari ratusan korban setiap bulannya yang dijampi-jampi menjadi zombie karena pengaruh scopolamine.
Modus kejahatan membubuhi bubuk scopolamine ke dalam minuman atau makanan sepertinya belum ada di tanah air kita, tapi tak ada salahnya kita mengetahui dan mewaspadainya. Obat ini lebih berbahaya dari obat tidur, karena membuat korban menjadi amnesia alias kehilangan ingatan terhadap apa yang sudah menimpa dirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI