Lihat ke Halaman Asli

GEMA KUSUMA

Pelajar/Mahasiswa

Tradisi Rabu Wekasan " Kearifan Lokal Desa Gandukepuh Tempuran di Bulan Safar' "

Diperbarui: 26 Mei 2025   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat melakukan doa bersama setelah sholat sunnah bulan safar .

Masjid Tempuran Gandukepuh

Tradisi dan makna Rebo Wekasan adalah tradisi yang unik dan kaya makna yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah Ponorogo. Tradisi ini jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah dan diyakini memiliki nilai spiritual serta berkaitan dengan tolak bala atau menghindari marabahaya. Rebo Wekasan telah berkembang menjadi bagian dari kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat. Tradisi  Rabu  Wekasan  merupakan  tradisi  yang  sudah  lama  ada  di kawasan  nusantara. Keberadaan  tradisi  Rabu  Wekasan  sebenarnya  banyak   ditemui  di  berbagai  daerah Indonesia,  khususnya daerah Ponorogo,  Jawa  Timur.   Sejatinya  Tradisi  Rabu  Wekasan yangmenjadi kearifan lokal yang tumbuh berkembang di masyarakarat  merupakan  salah  satu  bentuk  tradisi  di  Indonesia   berupa  rangkaian  amaliah  dan dilakukan pada Rabu terakhir pada Bulan Safar. Rabu   Wekasan  berasal  dari  Bahasa Jawa yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, memiliki arti Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Hijriyah. Safar merupakan bulan kedua dari dua belas bulan dalam sistem penanggalan Islam. Menurut pendapat  Abdul  Hamid  Quds  dalam  kitab  Kanzun  Najah  wa-Surur   fi  Fadhail  al- Azminahwa-Shuhur  bahwa  pada  hari  Rabu  terakhir  setiap  tahun   di  Bulan  Safar, terdapat 32.000 bala yang diturunkan Allah ke bumi. Oleh karena turunnya bala  pada hari  tersebut,  sangat  dianjurkan  untuk  melakukan  berbagai   ritual  seperti  melakukan salat  sebanyak  4  rakaat,  dengan  perincian,  setelah   membaca  surat  al-Fatihah  pada setiap rakaat dilanjutkan membaca surat al Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlas 5  kali,  surat al- Falaq dan  surat  an-Naas  masing masing sekali,dan setelah salam diakhiri dengan membaca  do'a.  Ritual-ritual   tersebut  dilakukan  dengan  harapan  Allah  memberikan kemurahan-Nya untuk melindungi mereka dari segala macam bala dan bencana selama satu tahun ke depan dihitung sejak hari tersebut. Selain dimaknai sebagai tradisi yang memiliki makna dalam kearifan lokal  dan memiliki nilai meningkatan spiritualitas, Rebo Wekasan juga dapat diartikan dengan etika lingkungan. Konsep tolak bala tidak hanya berkaitan dengan musibah dalam bentuk bencana personal, tetapi juga dapat diterapkan terhadap masyarakat dengan kesadaran dalan upaya menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Beberapa aspek yang bisa diterapkan dengan memiliki nilai-nilai etika lingkungan dalam perayaan Rebo Wekasan antara lain: 

1. Menjaga Kebersihan Lingkungan : Sebagai bentuk nyata dari doa keselamatan, masyarakat dapat menjadikan Rebo Wekasan sebagai momentum untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar. Ini mencerminkan ajaran Islam tentang kebersihan sebagai bagian dari iman. 

2. Menanam Pohon sebagai Penghijauan Lingkungan  : Menanam pohon dapat dijadikan sebagai simbol perlindungan dan keberkahan dalam kehidupan, sekaligus sebagai penerapan penghijauan ulang(menanam pohon) dalam rangkamenjaga nilai estetika dan keindahan lingkungan bentuk nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan. 

3. Memperkuat rasa Sosio-Emosional terhadap masyarakat : Dapat digunakan dalam rangka merekatkan hubungan antara dari satu orang menjadi momem kebersamaan supaya menciptakan keharmonisan dalam masyarakat. Juga bisa memperkuat tali silahturahmi dengan antar sesame orang ,dan serta meningkatkan kesatuan dan persatuan dalam berinteraksi sosial. keberadaan tradisi Rabu Wekasan di Indonesia bagi generasi sekarang  memang   perlu  dan  penting  untuk dilestarikan. Kerifan lokal yang berkaitan dengan etika lingkungan  yang  telah  ada  harus  dilestarikan  dengan  mengawal  esensi  dari   nilai-nilai  kebudayaan,  memajukan pelaksanaan yang dinamis sesuai dengan berkembangnya lingkungan dalam kehidupan. Hal  tersebut  dimaksudkan  agar   esensi  dari  nilai-nilai  luhur  yang  tercipta  tetap  ada hingga generasi yang akan datang. Para  generasi  sekarang ini menganggap  tradisi  Rabu Wekasan  sebagai  salah  satu  budaya  peninggalan  nenek  moyang  yang  mengandung sejarah dan nilai-nilai luhur yang patut untuk dilestarikan agar tidak hilang dan punah.   

Dengan kegiatan tradisi Rebo Wekasan akan berdampak posotif dengan menjaga kearifan lokal yang bisa dikaitakan dengan etika lingkungan yang ada di daerah Jawa Timur,khususnya Ponorogo, karena dapat menjadi sarana untuk memperkuat rasa solidaritas dan kepedulian sosial masyarakat, serta memperoleh berkah dan perlindungan dari Allah Swt. Selain itu, Rebo Wekasan juga dapat menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi Jawa, serta memperkenalkan budaya dan tradisi Jawa kepada generasi muda saat ini. Dan serta penting bagi umat Islam untuk memahami esensi dari Rebo Wekasan, yakni memperbanyak doa, mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat solidaritas sosial, serta meningkatkan kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline