Lihat ke Halaman Asli

Faqih Ma arif

TERVERIFIKASI

Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Fenomena Panic Buying Warnai Indonesia Hadapi Covid-19

Diperbarui: 4 Maret 2020   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi panic buying| Sumber: Tribunnews Bali

Covid-19 saat ini telah merambah ke wilayah Indonesia. Hingga tulisan ini dimuat, Indonesia sudah masuk dalam daftar negara baru yang terkonfirmasi ada penderita corona di dalamnya.

Sejauh ini, pemantauan melalui laman Global Cases by John Hopkins CSSE, telah terdapat korban terkonfirmasi sebanyak 90.428 Jiwa. Jumlah kematian akibat virus jenis ini bertambah menjadi 3.117 jiwa dan yang berhasil sembuh adalah 47.945 Jiwa.

Ketiga negara yang pernah saya tulis sebelumnya yaitu Korea Selatan, Italia, dan Iran menjadi negara terkonfirmasi jumlah penderita terbanyak di luar China.

Reportase COVID-19 | Sumber: JHCSSE

Panic Buying
Dilansir dari laman Wikipedia, panic buying adalah pembelian sejumlah besar produk yang tidak biasa untuk mengantisipasi atau setelah bencana atau bencana yang dirasakan, atau mengantisipasi kenaikan harga besar atau kekurangan.

Sejak Presiden Indonesia Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengonfirmasi adanya kasus pertama virus corona di Indonesia pada Senin (2/3/2020), masyarakat berbondong-bondong membeli kebutuhan seperti masker dan cairan pencuci tangan dengan jumlah besar. Meski terjadi lonjakan harga untuk barang-barang tersebut, tapi warga tetap membelinya. Dilansir dari suara.com

Panic buying pertama kali dikenal pada 1943 (kelaparan Benggala) yang diperkirakan 2.1 - 3 juta orang meninggal dunia, 1962 (Krisis Rudal Kuba, pembelian makanan kaleng), 1973 (krisis minyak, pembelian minyak besar-besaran. 

Selanjutnya pada tahun 2000 (protes Inggris atas minyak, pembelian minyak jumlah besar), 2005 (musim badai atlantik katrina, pembelian BBM, makanan dll), 2005 (ledakan pabrik kimia di Jilin, pembelian air dan makanan). 

Kemudian berlanjut tahun 2008, 2009, 2011, 2012, 2016, 2017 dan yang terakhir tahun 2019 sampai dengan 2020 pembelian besar-besaran untuk masker dan makanan.

Persediaan Masker Menipis
Sejak diberitakan dua orang terkonfirmasi Covid-19, Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena panic buying. Fenomena ini terjadi di salah pusat perbelanjaan Grand Lucky di Kawasan SCBD Jakarta Selatan seperti dilansir situs berita Kompas.

Ilustrasi panic buying di SCBD | Sumber: Kompas.com/Rindi Nuris Velarosdela

Disampaikan salah satu pembeli bahwa mereka khawatir sesuatu hal yang besar akan terjadi di luar prediksi, seperti kota Wuhan, sehingga menurutnya perlu untuk mempersiapkan lebih dini dalam mengantisipasi Covid-19.

Di beberapa kota lain seperti Tangerang misalnya, saudara saya melaporkan minimnya persediaan masker di berbagai toko dan apotek di wilayahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline