Lihat ke Halaman Asli

Ega Aura

Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, Penerima Manfaat Beasiswa 1000 Da'i BAMUIS BNI

Iman dan Kesendirian

Diperbarui: 15 September 2025   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid An-Noor, Ciputat. Captured by Me.

Orang Beriman Tidak Pernah Sendirian --- Tafsir Ali Imran Ayat 122

Iman bukanlah suatu kondisi yang kering, mandiri, atau terisolasi. Iman hadir dalam perasaan, pikiran, tindakan, dan yang paling penting keyakinan bahwa kita tidak pernah berjalan sendirian. Al-Qur'an, dalam Surah li Imrn Ayat 122, dengan tegas mengingatkan kita bahwa di balik setiap kekhawatiran dan keragu-raguan, selalu ada Penolong yang Maha Adil, Maha Kuasa, dan senantiasa bersama orang-yang beriman.

"(Ingatlah) ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Oleh karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal." (li Imrn 3:122)

Ayat ini turun dalam situasi peperangan / krisis: dua kelompok di antara umat Islam merasa gentar, takut kehilangan nyawa, melihat resiko yang besar. Kekhawatiran itu membuat upaya mereka hampir mundur. Namun, ayat ini memberi jawaban: bahwa Allah adalah wali mereka.

Kata wali di sini bermakna lebih dari "teman" ia berarti pelindung, penyertaan, pembela, siap sedia membantu jika kondisi memaksa. Dalam bahasa Arab, wali memiliki akar yang menunjukkan kedekatan, pengurusan, dan pertolongan.

Sementara itu, tawakkal---bergantung kepada Allah---menjadi respons iman: bukan pasif, tapi aktif menyerahkan urusan setelah usaha. Ini menunjukkan bahwa orang beriman tidak hanya di sisi Allah dalam sholat, dalam ibadah ritual, atau dalam sunnah, tapi juga dalam ujian, dalam ketakutan, dalam usaha dan kegagalan yang mungkin muncul.

Bayangkan kita dalam situasi kehilangan pekerjaan, kritik sosial atas pilihan hidup, tekanan moral di kampus atau tempat kerja, bahkan saat kita merasa iman kita diuji karena penyakit, kehilangan, atau kesedihan yang mendalam. Di saat-saat seperti itu, sangat mudah merasa sendirian---bahkan terpisah dari sahabat, atau merasa Allah terlalu jauh.

Namun ayat ini menyuguhkan dua kekuatan:

1. Allah sebagai penyerta: keyakinan bahwa Allah adalah penolong, wali, pelindung. Kita tetap memiliki Allah yang mendengar, yang mengetahui, dan yang bisa mengangkat beban hati.

2. Komunitas & iman bersama: bahwa kita termasuk dalam jamaah orang beriman. Ketidakberdayaan tidak harus membuat kita mundur; kita punya saudara seiman, gotong-royong iman, persaudaraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline