Film lawas Eat Pray Love selalu mejadi salah satu film favorit saya, lebih dari lima kali saya menikmati film ini. Setiap kali saya menonton ulang, saya mendapatkan sesuatu yang baru dan seakan saya menjadi karakter utama dalam film ini. Mungkin karena saya dan tokoh utama dalam film ini memiliki nama yang sama?
Scene dimana Elizabeth pergi ke Italy menjadi salah satu favorit saya. Di sana seseorang memulai hal baru, belajar bahasa dan budaya, bertemu dengan orang -- orang baru, makan gelato di tengah kota, menikmati pasta terenak, membeli lingerie untuk dirinya sendiri, menghabiskan tengah malam dengan makan pizza dan banyak sekali hal yang menyenangkan untuk melepasakan kepenatan hidup. Seseorang memerlukan nafsu makan, gairah hidup setiap bangun pagi, namun terkadang kita mengabaikannya. Hingga akhirnya kita terbiasa hidup tanpa gairah. Kita memerlukannya dan kita perlu mencobanya, seperti Elizabeth.
Tidak hanya sekedar menikmati hidup, Elizabeth juga berani mengambil keputusan dalam hidupnya. Keputusan yang banyak orang anggap egois, naif, dan terdengar klise. Elizabeth hanya ingin menjadi seorang manusia yang utuh dan bahagia. Dia tidak menemukan itu di dalam pernikahannya dan dia memberanikan diri untuk bercerai. Sekali lagi berani mengambil keputusan dalam hidup adalah tidak mudah. Perceraian masih dianggap sebuah cela di kalangan masyarakat, terlebih lagi seorang wanita, yang sudah pasti akan memiliki stigma tersendiri. Sangat berbeda jika itu terjadi dengan laki-aki yang memilki julukan "duda keren"? Ini merupakan stigma yang tidak mudah dihapus bahkan sampai sekarang. Dalam film ini Elizabeth mencoba menyelematkan hidupnya sendiri meskipun kerap kali menjadi cibiran beberapa orang.
Perpisahan dalam setiap hubungan tidak mudah, khususnya hubungan percintaan. Kita tidak akan benar-benar melupakannya, terkadang kita butuh permintaan maaf atau dimaafkan? Tapi untuk apa? Apakah perlu kita membenci sebanyak mungkin atau mengucapkan sumpah searapah? Pada saat Elizabeth tiba di India, di sana dia belajar meditasi, memaafkan diri sendiri, dan menerima segala hal yang sudah terjadi. Dia belajar untuk tidak mengikat sebuah hubungan yang menyakiti dirinya sendiri, melepaskan dan berani mengucapakan selamat tinggal kepada sesuatu yang memang harus berakhir. Tidak cukup dalam waktu sehari dia bisa menerimanya, tapi setiap hari dengan begitu dia mendapatkan banyak hal baru.
Elizabeth berani membebaskan dirinya dan mengilangkan rasa takut. Dia mengepakkan sayapnya ke dunia yang jauh lebih luas, dunia baru yang sebelumnya belum pernah dilaluinya. Dunia yang sebelumnya membuatnya takut. Setiap manusia sangat wajar memilki rasa takut dan ragu, namun jangan biarkan hidup dalam rasa itu. Ketika Elizabeth pergi ke Bali dan bertemu seorang peramal kemudian memberikannya sebuah gambar manusia dengan kaki empat dan mata pada bagian hatinya. Bahwa pentingnya kita sebagai manusia melihat dunia dengan cara pandang berbeda, tidak hanya dengan kasat mata dan ternyata kita lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Seberapa lama kita bisa bertahan hidup di dunia sampai saat ini, betapa kuat dan hebatnya dirinya kita. Jangan pernah mengecilkannya, jangan sekalipun.
Well, jika kita belum bisa seperti Elizabeth ke Italy untuk makan pasta terenak, pergi ke India untuk benar -- benar mengenal diri sendiri, atau ke Bali untuk akhirnya bertemu dengan cinta sejati? Saya kira itu semua hanya gambaran hidup dalam sebuah film. Usahakan diri kita sendiri untuk menikmati makanan terenak bagi kita sendiri, kenal lebih dekat dengan diri kita sendiri melalui meditasi atau doa dan berani mengucapakan selamat datang kepada hal baru yang belum pernah kita lihat. Banyak orang bilang hidup di dunia hanya sebentar, dalam waktu yang mungkin sebentar itu mudahlah untuk meminta maaf dan memberikan banyak kasih bahkan kepada orang yang mungkin tidak mengasihi kita. Kasih itu tidak akan pernah berkurang, kita akan mendapatkan lebih dari apa yang kita bayangkan. Eat, Pray & Love everyday
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI