Lihat ke Halaman Asli

Sekolah Caleg Millenial

Diperbarui: 18 Maret 2019   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

Ada hampir 588 caleg yang tergolong berusia muda, dibawah 30 tahun melangkapi sekitar 8.000 caleg tingkat DPR yang mengikuti kontestasi pemilihan anggota legislatif di Indonesia tahun 2019, mereka mengklaim maju sebagai caleg untuk membawa perubahan baru. Siapakah mereka? Alumni sekolah manakah mereka?.

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.

Politikus negeri ini berasal dari berbagai profesi, umumnya mereka memiliki profesi pada bidang-bidang tertentu seperti pengusaha, pengacara, dosen, militer, polisi, ulama, dsb. Setelah merasa mapan di posisi terdahulu, atau setelah pensiun dari profesinya banyak yang mencoba peruntungan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Latar belakang pendidikan mereka sangat beragam.

Banyak perguruan tinggi negeri ini yang memiliki jurusan ilmu politik, kamanakah para alumninya? Bercermin pada duo proklamator negeri ini Soekarno dan M. Hatta, mereka tak memiliki latar belakang pendidikan politik tetapi menjadi politikus besar Indonesia karena pengalaman berorganisasi selama mereka bersekolah hingga perguruan tinggi. Bagaimanakah pembelajaran berorganisasi di sekolah-sekolah dan  perguruan tinggi di Indonesia?

Orang tua murid negeri ini umumnya menuntut anak-anaknya untuk sukses mendapat nilai bagus dan sekolah yang, tak sedikit orang tua yang melarang anak-anaknya ikut organisasi di sekolah atau kampus. Sekolah seolah merasa sudah cukup dengan OSIS dan kegiatan-kegiatan ekskul hingga BEM, HIMA, dan ORMAWA di perguruan tinggi, berpolitik di sekolah dan kampus ... dilarang!!!.

Mau sampai kapan?  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline