Mumpung malam nanti malam Jumat, kayaknya pas banget kalau bahas sesuatu yang punya aura horror tipis-tipis. Bukan tentang penampakan di pojokan kamar atau suara langkah kaki di lorong gelap, tapi tentang aroma bunga putih.
Melati, sedap malam, bunga-bunga cantik dengan wangi yang khas ini entah kenapa selalu dihubungkan dengan hal mistis di Indonesia. Kalau di siang hari mungkin kita bisa menikmatinya dengan tenang.
Tapi di malam hari, lagi sendirian, sepi, tiba-tiba tercium harum melati yang menusuk hidung. Apa yang langsung kepikiran? Ya, biasanya bukan keindahan bunganya, tapi sosok-sosok mistis yang suka “nebeng” aroma itu.
Hantu Perempuan dan Jejak Sosial
Kalau diperhatikan, banyak banget hantu legendaris di Indonesia digambarkan sebagai perempuan.
Ada kuntilanak, sundel bolong, wewe gombel, nyi blorong, sampai nyi roro kidul.
Hampir semuanya punya kisah tragis yang berawal dari perlakuan tidak adil atau kematian tak wajar. Trauma sosial itu lalu hidup dalam bentuk cerita-cerita horor yang kita dengar dari kecil.
Di antara semua elemen visualnya: gaun putih, rambut panjang, suara tangis, selalu ada satu yang khas: bunga putih. Harumnya jadi semacam isyarat, tanda bahwa “ada yang hadir.”
Pop Culture dan Citra Mistis Bunga Putih
Legenda-legenda itu makin kuat karena pop culture. Dari Suzanna di era 70–80-an sampai film horor modern karya Joko Anwar, bunga putih hampir selalu jadi simbol mistis. Penonton paham: kalau ada adegan melati atau sedap malam di malam hari, berarti sesuatu akan terjadi.
Bunga putih bukan cuma properti, tapi bahasa simbolis. Wangi yang sebenarnya lembut justru dikemas jadi penanda kehadiran dunia gaib.