Lihat ke Halaman Asli

Lutfi Nasution

Penulis Amatiran Ndeso

Menjawab Surat Terbuka: Zulhas dan Bayang-Bayang Filosofi Hitler

Diperbarui: 9 Juni 2025   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Joyo Kasto Wijoyo (dokumentasi.pribadi)

MALIK RAHMAN, MAKHLUK DARI MANA INI?

Saya membaca tulisan anda, Malik Rahman, satu demi satu, kata dan kalimat. Sekilas anda seperti seorang akademisi. Tapi isinya penuh dengan virus dan racun yang manipulatif serta provokatif. Anda kurang mengenal sejarah dan eksistensi PAN.

Saya tidak kenal anda. Anda kader PAN atau bukan. Bisa jadi anonim. Atau jika engkau memang benar maujud, Malik Rahman : tapi tulisan dan bahasa anda seperti ciri-ciri orang yang selalu mengetik tagline republik langit.

Anda menuduh Ketum PAN dalam bayang-bayang Hitler, suatu analogi yang tidak tepat dan salah jauh. Justru ajaran politik tanpa moralitas Niccolo Machiavelli, yang menegasikan etika, tidak ada kebaikan atau keburukan, yang penting tujuan tercapai: yaitu melakukan _character assassination_, pembunuhan karakter, memutar-balikkan fakta, dan menghancurkan citra dari ketua umum PAN, yang sedang anda mainkan, olah dan goreng.

Saya faham, anda hanyalah sebuah pion, yang mengetik tulisan, sambil memakan kue kering kecil untuk menahan lapar.

PAN itu lahir dari rahim reformasi. Bertanggungjawab atas kualitas kehidupan demokrasi Indonesia. Makanya, mekanisme pengambilan keputusan secara hirarkis di internal partai-- kongres, musyawarah wilayah, musyawarah daerah, musyawarah cabang, wajib dilaksanakan, sesuai perintah AD ART PAN.

Dalam seleksi kepemimpinan, PAN lebih memilih jalan musyawarah, melalui calon formatur. Hal ini untuk menjaga soliditas dan persaudaraan internal, menghindari luka yang tidak terobati.

Bukalah sejarah kelam kongres PAN 2020. Meriah, tapi penuh darah !

Tubuh PAN tersayat, kepala mengucur darah tertimpa kursi melayang. Anda mau seperti ini lagi ya, wahai penjaga partai yang mengklaim diri waras, hihihi

Sekarang tidak begitu lagi. Pengalaman berdemokrasi akan semakin mendewasakan kader dalam bersikap dan bertindak. Soal kepemimpinan dan jabatan di partai itu soal distribusi peran dan tanggungjawab kader saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline