Mohon tunggu...
Lutfi Nasution
Lutfi Nasution Mohon Tunggu... Penulis Amatiran Ndeso

Biasa aja ... Masih Belajar dan Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjawab Surat Terbuka: Zulhas dan Bayang-Bayang Filosofi Hitler

9 Juni 2025   21:21 Diperbarui: 9 Juni 2025   21:21 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MALIK RAHMAN, MAKHLUK DARI MANA INI?

Saya membaca tulisan anda, Malik Rahman, satu demi satu, kata dan kalimat. Sekilas anda seperti seorang akademisi. Tapi isinya penuh dengan virus dan racun yang manipulatif serta provokatif. Anda kurang mengenal sejarah dan eksistensi PAN.

Saya tidak kenal anda. Anda kader PAN atau bukan. Bisa jadi anonim. Atau jika engkau memang benar maujud, Malik Rahman : tapi tulisan dan bahasa anda seperti ciri-ciri orang yang selalu mengetik tagline republik langit.

Anda menuduh Ketum PAN dalam bayang-bayang Hitler, suatu analogi yang tidak tepat dan salah jauh. Justru ajaran politik tanpa moralitas Niccolo Machiavelli, yang menegasikan etika, tidak ada kebaikan atau keburukan, yang penting tujuan tercapai: yaitu melakukan _character assassination_, pembunuhan karakter, memutar-balikkan fakta, dan menghancurkan citra dari ketua umum PAN, yang sedang anda mainkan, olah dan goreng.

Saya faham, anda hanyalah sebuah pion, yang mengetik tulisan, sambil memakan kue kering kecil untuk menahan lapar.

PAN itu lahir dari rahim reformasi. Bertanggungjawab atas kualitas kehidupan demokrasi Indonesia. Makanya, mekanisme pengambilan keputusan secara hirarkis di internal partai-- kongres, musyawarah wilayah, musyawarah daerah, musyawarah cabang, wajib dilaksanakan, sesuai perintah AD ART PAN.

Dalam seleksi kepemimpinan, PAN lebih memilih jalan musyawarah, melalui calon formatur. Hal ini untuk menjaga soliditas dan persaudaraan internal, menghindari luka yang tidak terobati.

Bukalah sejarah kelam kongres PAN 2020. Meriah, tapi penuh darah !

Tubuh PAN tersayat, kepala mengucur darah tertimpa kursi melayang. Anda mau seperti ini lagi ya, wahai penjaga partai yang mengklaim diri waras, hihihi

Sekarang tidak begitu lagi. Pengalaman berdemokrasi akan semakin mendewasakan kader dalam bersikap dan bertindak. Soal kepemimpinan dan jabatan di partai itu soal distribusi peran dan tanggungjawab kader saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun