Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MBG Aman Orang Tua Senang

4 Oktober 2025   23:15 Diperbarui: 4 Oktober 2025   23:15 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa makan  dengan menu bergizi dan seimbang  (Sumber: Dokpri))

Banyaknya Kasus keracunan MBG yang ada di berbagai Daerah menjadi bahan evaluasi. Penyajian menu dengan pemenuhan nilai gizi yang cukup dan higienis sebagai syarat mutlak. Lantas bagaimana  agar program MBG aman? 

Program MBG (Makan Bergizi Gratis) telah diprogramkan oleh pemerintah  melalui Perpres  Nomor 83 Tahun 2024 dengan dibentuknya Badan Gizi Nasional. 

Hingga saat ini per 8 september 2025 sebagaimana dilansir Jakarta, CNBacanggaran MBG yang terserap hanya sebesar 18,3% dari pagu anggaran MBG senilai Rp 71 triliun. Penerima  manfaat tersebut tersebar di seluruh Indonesia, dengan penikmat terbesar berada di Pulau Jawa. 

Namun realisasi di lapangan terdapat  banyak kasus di berbagai daerah misalnya puluhan SMA Negeri Bojonegoro,  SDN 1 Gedung Pasar Rebo Jakarta Timur, SDN Dukuh 03 Sukoharjo, SMKN 5 Kota Ternate, SMP Negeri  35 Bandung, Pondok Pesantren Al Ishlah Lampung dan lainnya hingga mencapai  angka ribuan. Angka yang cukup signifikan  membuat kekhawatiran dari semua pihak terutama para orang tua. 

 Berbagai keluhan pun  mencuat di berbagai platform media sosial tentang kualitas MBG  misalnya nasinya basi, rasanya tidak enak,  ayamnya pahit sehingga tidak dimakan siswa dan sebagainya. 

 Dari hasil  dari  pernyataan seorang ibu rumah tangga di lingkungan penulis  sebut saja namanya Mak Inah,  "Saya suka dengan adanya MBG karena santai di Kebun. Lain lagi dengan lontaran dari Pak Rudi, " Kalo saya baik diberi uang saja dan dimasakkan di rumah karena takut keracunan" 

Apakah perlu peninjauan ulang MBG? 

Ada permasalahan bukan berarti lantas dihentikan suatu program yang telah disusun secara matang dengan melibatkan anggaran begitu besar.  Pemerintah telah menetapkan Pagu anggaran pendidik untuk tahun 2026 sebesar Rp. 757, 8 triliun , dan untuk program MBG hampir separuhnya yakni sebesar Rp 335 triliun sebagaimana termuat di laman um.surabaya.  Seorang Dekan   dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya, Bapak Achmad Hidayatullah, Pd. D. menyoroti tentang MBG  diambil 20% dari anggaran pendidikan sementara untuk alokasi yang yang lain masih kecil. Dalam  Hal ini dapat diartikan bahwa seharusnya MBG di alokasi  tersendiri tanpa mengurangi alokasi anggaran pendidikan. 

Tidak ada yang salah dengan program MBG karena sangat membantu bagi orang yang tidak mampu atau  bagi yang mempunyai kesibukan tertentu. Berdasarkan pengalaman penulis yang berkecimpung di dunia pendidikan, anak  stunting bisa terjadi dari kalangan menengah keatas  Pekerjaan menjadi tuntutan sehingga tidak sempat memperhatikan pola makan anak.  Kurangnya edukasi juga merupakan  faktor pemicu. Dari Pengalaman yang saya dapatkan, .sekolah  melaksanakan pembelajaran P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan mengambil tema kearifan lokal dengan menampilkan makanan yang mengandung gizi seimbang. Setelah Proyek selesai dan dihidangkan tiba giliran  untuk  makan bersama. Ternyata banyak anak yang tidak menyukai makanan tertentu, bahkan sebagian besar tidak.mau makan sayur

Berkaca dari negara-negara tetangga, sebenarnya MBG sudah terdahulu dilaksanakan seperti : India, Thailand Malaysia.Bahkan kasus pun mencuat di China, anak anak TK keracunan makanan Channel youtube  Kompas.com.mewartakan terdapat 247 siswa. kasus tersebut akibat dari kelalaian dari pihak tertentu. Agar makanan  yang diberikan ke anak sekolah menarik diberi pewarna. Ternyata setelah diteliti mengandung kadar timbal tinggi yang berbahaya bagi kesehatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun