Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nur Aida

Universitas Padjajaran

Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Islam pada Arsitektur Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah

Diperbarui: 22 Juni 2024   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama Islam menyebar luas di Pulau Jawa sekitar abad ke 11-12 M, penyebaran agama Islam juga dibantu oleh sembilan wali atau disebut juga dengan wali songo. Islam menyebar dengan mudah di Pulau Jawa, karena ajaran Islam yang terkesan tidak memaksa seseorang untuk masuk kedalam agama Islam. Karena prinsip tersebut, yang menjadikan Islam sebagai agama terbesar di nusantara menggantikan agama Hindu. 

Kebudayaan Hindu dan Islam memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Karena kedua agama tersebut, sudah melekat dengan rakyat Indonesia jauh sebelum bangsa Eropa datang ke Indonesia. Di Kota Kudus, Jawa Tengah pengaruh dari kebudayaan Hindu dan Islam tercermin dalam arsitektur masjid yang memiliki menara berwarna merah bata yang bernama Masjid Menara Kudus. 

Kawasan masjid yang terletak di Kabupaten Kudus ini memiliki gaya arsitektur dari percampuran dua budaya, yaitu perpaduan antara Hindu dan Islam pada menara dan bangunan masjid. Saya memiliki pendapat bahwa Masjid Menara Kudus merupakan cerminan dari akulturasi dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Hindu dan Islam, karena Masjid Menara Kudus memiliki perpaduan dari dua budaya Hindu dan Islam yang melekat pada bangunan dan ornamen-ornamen yang menghiasi kawasan masjid.

Masjid Menara Kudus menjadi cerminan dari akulturasi budaya Hindu-Islam di Indonesia karena perpaduan gaya arsitektur dari budaya Hindu dan Islam yang menyatu dalam kawasan masjid. Masjid yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di Desa Kauman yang berada di Kabupaten Kudus ini sudah berdiri jauh sebelum bangsa Eropa datang ke Indonesia. 

Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus dan diperkirakan sudah ada sejak tahun 1549 M atau 956 H di Jawa Tengah. Menurut Heri Hermanto, tahun didirikannya Masjid Menara Kudus tertulis dalam sebuah batu dengan tulisan berbahasa Arab yang terletak di atas mihrab masjid, dengan ukuran batu 30 cm x 46 cm. Pada awalnya masjid ini diberi nama Masjid Al-Aqsha karena beberapa cerita menyebutkan bahwa batu yang terletak di mihrab masjid berasal dari Baitul Maqdis, Palestina. Kemudian, nama Masjid Al-Aqsha berganti menjadi Masjid Menara Kudus karena masjid ini memiliki menara seperti candi yang menjadi ciri khas dari kawasan masjid.

Pendirian Masjid Menara Kudus memiliki hubungan dengan pengaruh agama Hindu dan Islam dalam kehidupan masyarakat Jawa yang berdampak pada bentuk bangunan masjid. Percampuran dari kedua budaya Hindu dan Islam dalam kawasan Masjid Menara Kudus terjadi karena Sunan Kudus menghormati budaya Hindu yang sudah lebih dulu masuk dalam kehidupan masyarakat di Jawa Tengah. Sunan Kudus menerapkan prinsip Islam dengan tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama dan menghormati orang lain, perilaku Sunan Kudus tercermin dalam bangunan masjid yang memiliki unsur budaya Hindu yang berarti Sunan Kudus tidak memaksakan ajaran Islam untuk masuk dalam kehidupan masyarakat Desa Kauman.

Perpaduan dua unsur budaya tercermin dalam arsitektur yang unik dari kawasan Masjid Menara Kudus. Masjid yang memiliki luas sekitar 5000 m2 dengan batu bata berwarna merah yang mendominasi bangunan menara dan area sekitar masjid. Di dalam kawasan Masjid Menara Kudus terdapat sebuah menara yang dibangun dengan batu bata berwarna merah dengan jam di atasnya, memiliki kemiripan dengan struktur candi atau pura Hindu, keunikan tersebut menjadi ciri khas dari masjid yang terletak di Jawa Tengah ini.

Di dalam ajaran Hindu, candi yang merupakan tempat ibadah umat Hindu memiliki ciri khas pada bangunannya dengan konsep ajaran Hindu yang membagi dunia menjadi 3, yakni:  Bhurloka yang merupakan kaki dari candi menggambarkan makhluk yang fana, Bhuvarloka yang merupakan badan dari candi menggambarkan pembersihan diri, dan Swarloka yang merupakan kepala dari candi menggambarkan tempat para dewa. Menurut artikel yang ditulis oleh Andanti Puspita, menara yang berada di samping masjid memiliki struktur bangunan yang mirip dengan struktur candi Hindu, di mana pada bagian pertama terdapat tangga yang menjadi penghubung bagian kedua dari menara tersebut, pada bagian kedua terdapat ruangan berisi kentongan dan bedug, kemudian pada bagian ketiga terdapat dua tingkatan atap. Di kawasan Masjid Menara Kudus terdapat ornamen unik yang menghiasi bangunan menara dan masjid dengan penggunaan elemen Hindu dan Islam.

Kini, Masjid Menara Kudus merupakan tempat bersejarah yang berusia ratusan tahun, dengan arsitektur yang unik menambah daya tarik wisatawan untuk melihat kawasan masjid, terutama untuk wisata religi di Jawa Tengah. Pelestarian Masjid Menara Kudus sebagai bangunan cagar budaya dengan melakukan upaya revitalisasi atau perbaikan pada struktur bangunan agar tetap kokoh dan terawat. Menurut Moh Rosyid, revitalisasi atau perbaikan masjid pernah dilakukan pada tahun 1919, 1933, 1976, dan 1878. Pada tahun 2013, revitalisasi pada kawasan masjid dilakukan oleh BPCB atau Balai Pelestarian Cagar Budaya wilayah Jawa Tengah dengan melakukan perbaikan pada penutup atap yang sudah rusak dan mengganti batu bata yang sudah rusak. Revitalisasi tersebut, dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga struktur bangunan kawasan Masjid Menara Kudus.

Pihak BPCB atau Balai Pelestarian Cagar Budaya wilayah Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa kerusakan pada bangunan cagar budaya Masjid Menara Kudus disebabkan oleh getaran yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang melintas didekat Menara Kudus. Solusi yang dilakukan oleh BPCB Jateng adalah dengan memasang peredam getaran yang diletakkan di bawah fondasi. Perbaikan kawasan Masjid Menara Kudus berlanjut di tahun 2014 dengan melakukan perbaikan pada badan menara, yaitu mengganti batu bata yang sudah rusak dengan batu bata baru. Revitalisasi harus sesuai dengan bangunan asli cagar budaya, dan tidak menghilangkan unsur sejarah dari bangunan cagar budaya.

Masjid Menara Kudus merupakan tempat bersejarah yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di Desa Kauman yang berada di Kabupaten Kudus. Kawasan masjid ini, menjadi salah satu dari bangunan cagar budaya di Indonesia yang sudah berusia ratusan tahun karena diprediksi sudah ada sejak abad ke 15 atau tepatnya 1549 M yang didirikan Sunan Kudus. Masjid Menara Kudus atau Masjid Al-Aqsa, memiliki menara yang mirip dengan candi Hindu. Menara dengan struktur bangunan seperti candi Hindu ini, menjadi ciri khas dari kawasan Masjid Menara Kudus. Bukan hanya menaranya saja, tetapi ornamen-ornamen yang berada di dinding sekitar kawasan Masjid Menara Kudus memiliki perpaduan dari unsur budaya Hindu dan Islam. Karena keunikan dari akulturasi kedua budaya yang menyatu dalam kawasan masjid, Masjid Menara Kudus menjadi cerminan akulturasi dua budaya, yaitu Hindu dan Islam di Indonesia. Pelesatarian pada kawasan Masjid Menara Kudus dilakukan untuk menjaga kawasan masjid, agar tetap kokoh. Revitalisasi dilakukan oleh balai pelestarian wilayah Jawa Tengah tanpa mengubah struktur bangunan asli dari Masjid Menara Kudus dan tanpa menghilangkan unsur sejarah dari kawasan masjid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline