Beberapa teman bertanya kepada saya, kenapa saya sering keluyuran sendirian. Ada beberapa alasan, tapi seringnya adalah karena saya memang ‘terpaksa’ traveling sendirian. Ya karena conference, karena saya sekalian pulang ke rumah, atau karena tidak ada teman yang waktunya bisa kompromi dengan waktu saya traveling.
Karena agak panjang, sabar ya membacanyaaaa. Maaf.
Solo-traveling lebih nyaman bagi saya dibanding group-traveling, tapi saya akan menuliskan keuntungan dan kerugiannya, supaya tidak terkesan subjektif. Haha. Saya bicara kerugiannya dulu ya.
#1 “Kagok”
Apa ya bahasa Indonesianya yang benar? Bagi sebagian orang, terutama yang belum terbiasa solo-traveling, pergi sendirian itu rasanya gimanaaa gitu. Tidak ada teman ngobrol sepanjang perjalanan, tidak ada yang bisa diajak berdiskusi soal harga, tidak ada yang dipeluk saat tidur *halah*. Ada yang merasa tidak nyaman tanpa teman berbincang, jadi solo-traveling akan terasa kurang menyenangkan.
#2 Keamanan
Ini memang faktor yang sangat mempengaruhi, terutama untuk wanita. Dulu ibu saya protes keras kalau saya punya rencana bepergian ke suatu tempat sendirian tanpa teman. Apalagi tempat-tempat baru yang kita sendiri masih asing. Tapi riset mendalam tentang tempat tujuan traveling kita membantu banyak untuk memberikan rasa aman. Dan tetap harus waspada pastinya.
#3 Biaya
Hmmm. Sebenarnya kalau saya bandingkan, tidak terlalu berbeda jauh antara solo-traveling dengan group-traveling (tapi bukan dengan tour agent). Karena bepergian sendirian, semua biaya harus ditanggung sendiri. Biaya penginapan mungkin bisa diakali dengan tinggal di hostel, tapi kadang biaya makan juga mahal, dan akan lebih murah bila dibagi dengan yang lain.
#4 Tidak ada fotografer
Nyahahaha. Ini subjektif sekali (Citra bangeeett), tapi saya yakin banyak yang merasakan hal yang sama. Begitulah, kalau solo-traveling, harus bawa tripod atau tidak boleh sungkan meminta bantuan orang mengambil foto kita.
Nah, apa dong keuntungan solo-traveling? Saya tuliskan sekalian tipsnya yaaaa.
#1 Tidak perlu banyak berdiskusi
Gini deh. Untuk janjian makan siang bersama teman saja kita sering harus menghabiskan waktu untuk kompromi mau makan di mana. Begitu juga untuk traveling. Tidak pasti teman kita memiliki selera yang sama untuk bepergian ke mana. Saya bilang mau ke Kamboja, teman-teman saya bilang ‘ih, ke Korea atau Hongkong aja’. Nah lo. Haha. Solo-traveling lebih nyaman bagi saya karena ya begitulah, sepertinya selera traveling saya banyak berbeda dengan teman-teman saya. Dengan bepergian sendiri kita juga bebas mengatur jadwal, mau bangun jam berapa dan mau tidur jam berapa. Saya termasuk yang tidak ngoyo soal traveling. Banyak dari kita yang berpikir waktu harus dimanfaatkan maksimal, bangun sepagi-paginya, keliling ke sebanyak-banyaknya tempat wisata, dan pulang semalam-malamnya. Nggak deh. Daripada saya malah sakit. Traveling kok dibuat susah, harus dibuat nyaman.
#2 Banyak bertemu teman baru
Ya itu, karena tidak ada teman berbincang, kita bisa punya lebih banyak kesempatan untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Cukup diawali dengan kontak mata dan senyum, atau menawarkan tempat duduk saat menunggu pesawat. Kontak selanjutnya bisa berlanjut di Facebook atau Twitter. Dan menyenangkannya hal seperti ini adalah, jika suatu saat kita punya rencana mengunjungi negara asal ‘teman baru’ kita tadi, setidaknya sudah ada kontak, dan siapa tahu, tempat menginap dan guide gratis. Hihi.
#3 Banyak waktu untuk mengamati dan bergaul dengan orang lokal
Kalau untuk yang mengamati ini sedikit subjektif, karena memang saya punya hobi mengamati. Tapi keuntungannya banyak lho. Dengan mengamati ini kita bisa tahu bagaimana orang lokal berinteraksi, bagaimana manner yang tepat untuk berterima kasih, dan sebagainya. Di Seoul misalnya, ketika membeli sesuatu, pembeli menyerahkan uangnya dengan dua tangan (seperti menyerahkan kartu nama), dan si penjual menerima dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menyentuh siku tangan kanan. Dengan gestur seperti ini, reaksi yang diberikan ke saya berbeda dengan ketika saya membayar hanya dengan tangan kanan (bukan dengan dua tangan). “Gaul” dengan orang lokal juga yang membuat saya jadi kekenyangan makan gorengan di pinggir jalan, karena saya iseng mengajak ngobrol penjual gorengan di daerah Ikebukuro (Tokyo) dan akhirnya diberi gorengan gratis. Hahaha. Meski ngobrolnya pakai kamus. Hihi.
Beberapa tips untuk solo-traveling:
#1 Untuk pemula, biasakan jalan-jalan sendirian keliling kota dulu, atau keluar kota. Paling mudah ya jalan ke pasar atau mal sendirian. Rasakan bagaimana pengalaman ‘sendirian’. Kalau langsung ke luar negeri sendirian dan dalam waktu berhari-hari, nanti malah jadi depresi *berlebihan sedikit*. Tapi serius, kadang kesendirian itu menakutkan. Jadi biasakan dulu untuk hal-hal yang simpel. Naik kereta Jakarta-Bogor sendiri, misalnya.
#2 Rajin riset. Tujuannya adalah untuk membiasakan diri dengan apa yang akan kita hadapi. Namanya juga pergi sendiri, tidak ada teman untuk berdiskusi kalau misalnya nanti kesasar atau gimana. Jangan khawatir, Google punya segalanya. Kalau masih kurang, beli Lonely Planet. Jangan males mencari informasi atau bertanya di forum-forum traveling. Semakin banyak tahu, semakin yakin (biasanya).
#3 Buat rencana dan simulasikan, tidak perlu detail tapi soal transport dan penginapan harus fixed. Saya tipe orang yang tidak suka membuat rencana, tapi kalau untuk traveling, ini keharusan. Naik maskapai apa, menginap dimana, bagaimana transport dalam kota (sistemnya), itu sudah harus dicari dan direncanakan sebelumnya. Kalau perlu jauh-jauh hari. Saya sih biasanya dua minggu sebelumnya. Maklum, deadliner. Biasakan melakukan simulasi, misalnya hari ini terbang berapa jam, di airport harus ke imigrasi berapa lama, keluar lalu naik bis apa ke penginapan, seperti itu.
#4 Pack light
Tidak harus backpack, koper dan 1 tas tangan juga masih oke. Pokoknya jangan sampai bawaan kita menyusahkan kita karena tidak ada yang membantu kita membawanya. Untuk traveling dalam jangka waktu lama, tidak perlu terlalu pelit membawa baju, tapi “kempeskan” atau gulung. Sekarang sudah banyak kantong plastik untuk baju yang bisa divakum sehingga tidak memakan banyak tempat. Alat-alat mandi, kalau tidak disediakan di hotel/hostel, bawalah yang kemasan mini. Laptop, kalau tidak penting sekali, tidak usah dibawa. Sepatu/sandal, pastikan yang senyaman mungkin.
#5 Nekat dan PD
Ini yang paling penting. Rasa takut dan khawatir itu pasti ada (terutama untuk wanita), tapi harus nekat dan percaya diri. Kalau sudah melakukan tips #1 - #3, rasa khawatir itu akan berkurang. Di tempat tujuan nantinya, untuk menghindari potential harrasment, waspadalah dengan lingkungan sekitar. Jangan kelihatan bingung dan panik. Meski takut, pasanglah tampang percaya diri. Jika kesasar, carilah convenience store atau kantor polisi, jika takut bertanya pada orang di jalan.
Yak, sekian tulisan panjang dari saya, lain kali saya menerbitkan buku aja deh. Hahaha.
Yuk solo-traveling!
-Citra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI