Mohon tunggu...
KKN 167 Neglasari
KKN 167 Neglasari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Kuliah Kerja Nyata (KKN) 167 di Desa Neglasari merupakan bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat melalui berbagai program yang dirancang sesuai kebutuhan desa. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa lintas jurusan yang berkolaborasi dengan perangkat desa, tokoh masyarakat, serta warga setempat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerajinan Kowi dan Coet, Identitas Lokal Dusun Rancaciung yang Perlu Dilestarikan

9 September 2025   01:50 Diperbarui: 8 September 2025   23:37 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pengerajin Kowi dan Coet

Garut - Dusun Rancaciung, Desa Neglasari, Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut, mempunyai potensi unik dalam kerajinan tradisional berbahan dasar tanah liat yang sudah lama ditekuni oleh warga Rancaciung. Para pengrajin dusun Rancaciung terfokus membuat kowi dan coet, kowi merupakan wadah khusus yang digunakan untuk melebur emas, dan coet yang merupakan alat masak tradisional. 

Sejarah Panjang Kerajinan Kowi

Pembuatan kowi dan coet di Rancaciung sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Beberapa pengerajin yang masih eksis sampai sekarang antara lain Ibu Empon, Ibu Resy, Ibu Imo, dan Bapak Uun. Para pengerajin ini sudah mempelajari keterampilan membuat kowi dan coet dari sejak masih muda, dan hingga sekarang tetap melestarikan meski minat generasi muda untuk meneruskan usaha ini semakin berkurang.

Bahan utama membuat kowi dan coet berasal dari tanah sawah yang dipercaya tidak pernah habis meskipun sudah digali selama lebih dari seratus tahun, lalu untuk memperkokoh ditambahkan pasir khusus yang didatangkan dari daerah Cimanuk.

Proses Produksi Masih Tradisional

Pembuatan kowi dan coet di Rancaciung masih menggunakan cara yang tradisional, sama sekali tidak menggunakan mesin ataupun alat. Setelah tanah liat diolah, pengerajin membentuk tanah liat sesuai dengan bentuuk kowi dan coet sesuai ukuran permintaan, lalu kowi dan coet kemudian dikeringkan selama kurang lebih dua minggu. Kemudian tahap akhir adalah pembakaran selama lima jam agar kowi dan coet menjadi kuat dan tahan panas.

Meski terkesan sederhana, proses ini memerlukan keterampilan, ketelatenan, dan kesabaran. Hasilnya, kowi dan coet khas Rancaciung memiliki kualitas khas.

Foto Kowi
Foto Kowi

Mahasiswa KKN 167 Turut Mencoba Membuat Kowi dan Coet

Selama kegiatan KKN di Rancacoung, Mahasiswa KKN 167 tidak hanya melakukan observasi, tetapi juga mencoba langsung membuat kowi dan coet. Dengan bimbingan pengerajin, mahasiswa belajar mengolah tanah liat. Momen ini menjadi pengalaman berharga karena mahasiswa dapat merasakan langsung sulitnya membuat kowi dan coet. Pengalaman tersebut menumbuhkan rasa hormat terhadap keuletan dan ketelatenan para pengerajin Rancaciung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun