Setelah dua periode menjabat, Sri Mulyani akhirnya digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa dalam reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo pada tanggal 8 September 2025. Jokowi, yang mengenal baik keduanya, menyebut bahwa Purbaya punya pendekatan ekonomi yang berbeda.
"Mazhabnya memang beda, " kata Jokowi dengan nada optimis.
**
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mazhab bisa diartikan sebagai aliran pemikiran atau pendekatan dalam suatu bidang. Dalam ekonomi, ini bisa berarti cara pandang terhadap pengelolaan anggaran, belanja negara, utang, dan strategi fiskal.
Sri mulyani dikenal dengan pendekatan yang cenderung konservatif dan disiplin fiskal tinggi. Ia sering menahan belanja jika belum ada kepastian penerimaan, menjaga defisit tetap terkendali, dan fokus pada reformasi struktural.
Sementara itu, Purbaya datang dengan semangat baru. Ia ingin belanja pemerintah digas maksimal, bahkan menargetkan agar tak ada sisa anggaran berlebih (SAL) di akhir tahun.
Salah satu gebrakannya adalah memindahkan dana nganggur Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke lima bank umum agar bisa dipakai untuk mendorong kredit dan pertumbuhan ekonomi.
Respon Pasar Kebijakan Menkeu Purbaya
Menariknya, meski beda mazhab, pasar merespon positif. Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) sempat naik, dan nilai tukar rupiah menguat. Ini sinyal bahwa investor cukup percaya dengan arah kebijakan baru.
Apakah pendekatan yang lebih agresif dalam belanja negara akan membawa dampak nyata ke masyarakat? Apakah uang negara akan lebih terasa manfaatnya di lapangan?
Yang jelas, beda mazhab bukan berarti salah satu lebih baik. Kadang, perubahan gaya justru membuka ruang baru untuk inovasi dan percepatan. Selama tetap transparan dan berpihak pada rakyat, kita bisa berharap yang terbaik.