Kebijakan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa dalam menggelontorkan dana sebesar Rp200 triliun dari rekening pemerintah di Bank Indonesia ke bank umum mencerminkan pergeseran mazhab fiskal yang lebih ekspansif, dengan tujuan mendorong penyaluran kredit ke sektor riil, terutama UMKM dan padat karya, agar ekonomi bergerak lebih cepat.
**
Target Pertumbuhan Ekonomi Ambisius
Menteri keuangan (Menkeu) Purbaya, menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2% pada akhir 2025, naik menjadi 5,4% pada 2026, dan 8 persen dalam jangka menengah. Ia percaya bahwa sinergi antara pemerintah dan swasta, serta desain kebijakan yang tepat, angka tersebut bisa dicapai.
Ia mengkritik lambatnya penyerapan anggaran dan berjanji membentuk tim khusus untuk memantau langsung belanja kementerian dan lembaga.Â
Tujuannya:
- Menghindari Sisa Anggaran Lebih (SAL) yang mengendap.
- Meningkatkan daya beli masyarakat melalui belanja pemerintah yang lebih cepat dan tepat sasaran.Â
- Menolak solusi instan berupa kenaikan pajak. Ia lebih memilih memperluas basis pajak dan mengoptimalkan penerimaan dari sektor informal dan grey economy.
Dampak terhadap Ekonomi dan Keuangan negara, secara positif:
- Likuiditas meningkat: Dana Rp200 triliun yang disuntik ke bank milik negara (Himbara) diperkirakan akan mulai terserap dalam waktu satu bulan, mempercepat pemulihan kredit.
- Daya beli terjaga: Dengan belanja negara yang lebih cepat dan tidak ada kenaikan pajak, konsumsi rumah tangga diharapkan tumbuh.
- Optimalisasi pasar: IHSG dan nilai tukar rupiah sempat menguat, menunjukkan kepercayaan investor terhadap arah kebijakan baru.
Resiko dan Tantangan:
- Potensi pelanggaran konstitusi: Pengamat menilai pengalihan dana Rp200 triliun ke bank umum berpotensi melanggar UU keuangan negara dan mekanisme APBN.
- Resiko fiskal: Jika ekspansi tidak dibarengi dengan disiplin fiskal, bisa memicu pelemahan rupiah, naiknya yield obligasi, dan keluarnya arus modal.
- Ketergantungan pada sektor perbankan: Efektivitas kebijakan sangat bergantung pada kemampuan bank menyalurkan kredit secara produktif.Â
**
Kesimpulan
Purbaya Yudhi sadewa membawa angin segar dengan pendekatan yang lebih agresif dan pragmatis. Ia ingin uang negara bekerja keras untuk rakyat. Namun keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada:
- Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaannya.
- Kemampuan menjaga keseimbangan antara ekspansi dan stabilitas fiskal.
- komitmen terhadap reformasi struktural dan efisiensi belanja.Â
Jika berhasil, Indonesia bisa memasuki babak baru pembangunan yang lebih inklusif dan dinamis. Jika tidak, ambisi tinggi justru bisa menjadi bumerang bagi stabilitas ekonomi. (*)
Samarinda, 20 September 2025
Penulis: Riduannor
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI