Lihat ke Halaman Asli

Aulia Wahyu Firdaus

Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa

Diperbarui: 20 Juni 2025   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabel Perhitungan menggunakan Microsoft Excel

Latar Belakang

Belajar adalah aktivitas yang dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan lansia. Kegiatan ini bisa berlangsung di mana saja dan kapan saja, asalkan ada kemauan yang sungguh-sungguh. Namun, di era modern saat ini, belajar seringkali tidak lagi menjadi kebiasaan yang diminati. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang merasa enggan atau jenuh untuk belajar, seperti tuntutan untuk berkonsentrasi tinggi, waktu dan energi yang harus dikeluarkan, serta dorongan untuk meninggalkan aktivitas yang lebih menyenangkan seperti bermain ponsel, game online, atau kegiatan lain di lingkungan sekitar, baik yang bersifat positif maupun negatif. Meski demikian, hal yang paling mendasar dari permasalahan dalam belajar tersebut adalah membutuhkan konsentrasi belajar yang tinggi. 

Menurut Purnawinadi dan Lotulung (2020), konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran, kehendak, perasaan, serta seluruh pancaindra pada satu objek dalam suatu aktivitas tertentu, tanpa teralihkan oleh hal-hal lain yang tidak relevan. Sementara itu, Yarissumi (2017) menjelaskan bahwa konsentrasi merupakan fokus pikiran pada satu hal dengan mengesampingkan segala sesuatu yang tidak berkaitan. Dalam konteks pembelajaran, konsentrasi berarti memusatkan perhatian pada suatu mata pelajaran sambil menyingkirkan gangguan yang tidak berkaitan dengan materi tersebut.

Dalam proses belajar, konsentrasi memiliki peran yang sangat penting karena turut menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menjadi indikator kemampuan kognitif mahasiswa. Konsentrasi yang baik dapat menunjang pencapaian prestasi akademik. Namun demikian, keberhasilan dalam menjaga konsentrasi sangat bergantung pada kemampuan individu itu sendiri. Bahkan dalam kondisi belajar yang ideal sekalipun, tidak jarang pikiran seseorang bisa melayang pada hal-hal di luar materi yang sedang dipelajari.

Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi konsentrasi, di antaranya faktor fisik, sosial, dan psikologis. Salah satu faktor fisik yang terbukti berpengaruh adalah kondisi tubuh, khususnya terkait dengan asupan energi. Seseorang yang tidak sarapan atau hanya mengonsumsi makanan dengan kandungan energi di bawah 15% dari Angka Kecukupan Energi (AKE), cenderung mengalami gangguan konsentrasi. Hal ini karena kebutuhan energi untuk menunjang kerja otak belum terpenuhi secara optimal. Ketika nutrisi yang dibutuhkan untuk proses pengolahan informasi oleh sistem saraf tidak mencukupi, maka akan terjadi hambatan dalam jalannya proses belajar (Dewi et al., 2020)

Sebagai bagian utama dari pola makan harian, sarapan berfungsi untuk menyuplai energi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh di awal hari. Idealnya, sarapan menyumbang sekitar 45–65% karbohidrat, 10–25% protein, dan 30% lemak dari total kebutuhan harian, serta dilakukan sebelum pukul 9 pagi untuk membantu mencukupi kebutuhan kalori (Dewi et al., 2020).

Pentingnya sarapan sebelum memulai aktivitas belajar tidak dapat diabaikan, karena asupan nutrisi dari sarapan berperan sebagai sumber energi utama bagi otak. Nutrisi ini mendukung fungsi otak dalam menjaga fokus dan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, sarapan yang cukup dan bergizi dapat membantu peserta didik mempertahankan konsentrasi dan meningkatkan efektivitas belajar.

Oleh sebab itu, penting untuk menelaah lebih dalam mengenai hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada mahasiswa. Pemahaman ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendukung kesejahteraan akademik mahasiswa. Penelitian terkait korelasi antara sarapan pagi dan konsentrasi belajar diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai peran penting sarapan sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan kognitif, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap pencapaian akademik. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam tentang hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada mahasiswa.

Rumusan Masalah

  • Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa?
  • Seberapa besar pengaruh kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa?

Tujuan Penelitian

  • Untuk mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa
  • Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa

Hipotesis Penelitian

  • H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa. (ρ = 0)
  • H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa. (ρ ≠ 0)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline