Rumahku rumah dunia, kubangun dengan kata-kata
Slogan ini tak hanya bergema di Rumah Dunia, kota Serang dan sekitarnya saja tapi juga di dalam kepala saya berpuluh tahun lamanya. Sejak dulu saya sudah mendengar soal Rumah Dunia yang didirikan oleh Gol A Gong bersama istrinya ini.
Rumah ini awalnya dibuka agar anak-anak sekitar bisa membaca buku secara gratis. Sang istri, Tias Tantaka juga kerap membacakan dongeng agar anak-anak semakin tertarik dan dekat dengan buku-buku. Lambat laun tempat ini bertumbuh dan berkembang menjadi pusat literasi masyarakat setempat.
Saya sendiri tak menyangka bahwa Rumah Dunia ini ternyata sebuah kawasan literasi. Tak hanya perpustakaan tapi ada juga auditorium, pendopo, area ruang terbuka, coffee shop hingga publishing. Lokasinya berada di tengah-tengah pemukiman warga.
"Benar di sini tempatnya?" tanya sopir taksol yang saya tumpangi dengan nada heran.Â
"Iya Pak, saya mau ke rumah baca," balas saya sekenanya sembari turun meninggalkan mobil dengan sopir yang mungkin penuh tanda tanya.
Hari itu minggu pagi, warga sekitar terlihat sudah mulai beraktivitas. Beberapa anak terlihat tengah bermain di area taman. Sebuah bangunan bercat merah muda yang mulai pudar dan bertuliskan Rumah Dunia menarik langkah saya untuk melihat lebih dekat.
Owh, ini rupanya taman baca Rumah Dunia yang sering saya dengar itu. Di sebelah bangunan itu berdiri sebuah pendopo yang lumayan lebar. Sebuah mobil bergambar poster film Balada si Roy terparkir di dalamnya.
Film tersebut merupakan adaptasi dari novel Balada si Roy yang terbit tahun 1989 silam. Sebuah novel yang awalnya merupakan cerita bersambung di majalah Hai yang diterbitkan satu tahun sebelumnya. Bisa dibilang Novel inilah yang melambungkan nama Gol A Gong.