Lihat ke Halaman Asli

Asri Nurani Rahmawati

Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

KKN Cangkring Jalin Silaturahmi Lewat Hobi Warga, Adakan Lomba Mancing di Malam Hari

Diperbarui: 23 Juni 2025   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyerahan Hadiah untuk Juara Lomba Mancing (Sumber: Foto Pribadi) 

Bantul, DIY -- Suasana riuh rendah dan penuh antusiasme mewarnai kawasan Saitan Taraman, Padukuhan Cangkring, Kalurahan Mulyodadi, Bantul, pada Jumat malam, 20 Juni 2025. Sejak pukul 20.00 hingga 22.00 WIB, puluhan warga dari berbagai usia berkumpul di bawah temaram lampu dan bintang untuk mengikuti Lomba Mancing yang menjadi bagian dari Festival Kampung Padukuhan Cangkring. Acara ini, yang diinisiasi oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Cangkring UIN Sunan Kalijaga, sukses besar dalam menjalin silaturahmi erat di antara warga dan mahasiswa KKN, sekaligus menjadi kegiatan penutup yang berkesan.

Yang menarik, Lomba Mancing ini bukanlah bagian dari program kerja awal yang direncanakan dalam proposal KKN Cangkring. Inisiatif ini lahir secara organik, berawal dari observasi dan interaksi langsung mahasiswa KKN dengan warga setempat. "Ketika kami melakukan sowan dan berinteraksi dengan pemuda serta warga Padukuhan Cangkring, banyak sekali yang menanyakan, 'apa ada lomba mancing?'" kenang salah satu mahasiswa KKN Cangkring. Rupanya, lomba mancing adalah tradisi rutin setiap Agustusan di Dusun Saitan, dan memancing sendiri merupakan hobi yang sangat digandrungi warga Padukuhan Cangkring. Bahkan, setiap pagi atau sore, anggota kelompok KKN sering melihat warga, termasuk para Ketua RT, bahkan Pak Dukuh dan putranya, asyik memancing di sungai Dusun Saitan.

Melihat antusiasme dan kebiasaan memancing yang mengakar kuat di kalangan warga, kelompok KKN Cangkring memutuskan untuk mengadaptasi program kerja mereka. Mereka tidak ragu-ragu untuk menambahkan Lomba Mancing sebagai bagian dari Festival Kampung, menjadikannya kegiatan terakhir yang sarat makna. "Ini adalah cara kami untuk mengakomodasi aspirasi warga dan menjalin silaturahmi yang lebih mendalam sebelum purna tugas. Kami ingin meninggalkan kesan bahwa KKN itu benar-benar hadir untuk warga, bukan hanya sekadar menjalankan program formal," tambah koordinator KKN Cangkring.

Suasana Saat Lomba Berlangsung (Sumber: Foto Pribadi)

Lomba Mancing malam ini berhasil mengumpulkan berbagai elemen masyarakat, menciptakan atmosfer kebersamaan yang hangat di tengah sejuknya malam. Para pemuda bergerak aktif membantu persiapan dan penerangan lokasi, menunjukkan jiwa gotong royong yang kuat. Sementara itu, para tokoh RT turut hadir, membaur bersama warga dan mahasiswa KKN, memperlihatkan kekompakan kepemimpinan dan masyarakat. Kehadiran Pak Dukuh sendiri, yang juga merupakan pemancing aktif, menambah semangat dan kemeriahan acara.

Area Saitan Taraman yang biasanya tenang di malam hari, kini dipenuhi tawa, celotehan, dan teriakan kegembiraan setiap kali ada peserta yang berhasil menarik ikan. Cahaya dari lampu-lampu portabel dan senter menambah nuansa tersendiri pada aktivitas mancing malam ini. Bukan hanya soal mendapatkan ikan terbesar atau terbanyak, tetapi lebih kepada kebersamaan dan interaksi sosial yang terjalin. Anak-anak kecil pun ikut menyaksikan, belajar dari para pemancing dewasa, dan merasakan atmosfer positif yang tercipta.

Acara ini secara efektif berfungsi sebagai jembatan silaturahmi terakhir kelompok KKN dengan seluruh elemen Padukuhan Cangkring. Selama beberapa waktu mengabdi, mahasiswa KKN telah berinteraksi intens dengan warga, memahami karakteristik, kebutuhan, dan kebiasaan lokal. Dengan menyelenggarakan kegiatan yang begitu dekat dengan minat warga, KKN Cangkring berhasil meninggalkan kesan mendalam dan memperkuat ikatan kekeluargaan.

Registrasi Awal Peserta Lomba (Sumber: Foto Pribadi)

Meskipun sederhana, Lomba Mancing malam ini membawa dampak positif yang signifikan. Pertama, mempererat silaturahmi antarwarga dan dengan mahasiswa KKN, bahkan di luar jam kerja biasa. Kedua, mengakomodasi minat dan hobi warga, yang secara tidak langsung meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki terhadap kegiatan kampung. Ketiga, menjadi penutup KKN yang berkesan, meninggalkan jejak positif di hati masyarakat.

Bagi mahasiswa KKN Cangkring sendiri, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya adaptabilitas dan kepekaan sosial. Bahwa terkadang, program yang paling berdampak justru bukan yang paling rumit atau berbiaya tinggi, melainkan yang lahir dari pemahaman akan aspirasi dan kebiasaan lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline