Di era informasi yang serba cepat, pendidikan bukan sekadar mentransfer ilmu atau keterampilan. Lebih dari itu, pendidikan berperan membentuk karakter, kesadaran kritis, dan keberanian moral. Konsep "mendidik untuk melawan" bukan ajakan kekerasan, melainkan prinsip agar setiap individu dibekali kemampuan berpikir kritis dan keberanian moral untuk menghadapi realitas yang tidak selalu adil.
Pendidikan dan Kesadaran Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan menelaah, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum bertindak. Menurut Freire (Pedagogy of the Oppressed, 1970), pendidikan yang memberdayakan siswa untuk berpikir kritis adalah pendidikan yang membebaskan.
Di Indonesia, misinformasi dan hoaks menjadi tantangan besar. Kominfo (2022) mencatat lebih dari 60% masyarakat pernah menerima informasi salah. Pendidikan kritis membantu generasi muda menilai kebenaran dan menolak propaganda berbahaya. Contoh nyata muncul saat pandemi COVID-19, di mana literasi digital menjadi benteng melawan penyebaran informasi keliru tentang vaksin.
Melawan Ketidakadilan Sosial
Sejarah menunjukkan, ketidakadilan tidak selalu dilawan dengan senjata. Perubahan sering muncul melalui keberanian berbicara, menulis, dan mengedukasi masyarakat. Pendidikan yang menekankan nilai moral, empati, dan keadilan sosial melahirkan generasi yang mampu menentang ketidakadilan secara konstruktif melalui advokasi, tulisan, penelitian, dan aksi sosial.
Contoh nyata: guru dan aktivis di daerah terpencil Indonesia yang menghadirkan inovasi pembelajaran kreatif untuk menjangkau anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki akses pendidikan formal. Ini adalah bentuk nyata "melawan" ketidakadilan struktural.
Membangun Karakter Pemberani
Melawan berarti memiliki keberanian moral. Pendidikan membentuk individu yang berani menyatakan kebenaran, mempertahankan prinsip, dan melakukan perbuatan baik meski menghadapi tekanan sosial.
Tokoh seperti Ki Hajar Dewantara membuktikan hal ini. Dengan mendirikan Taman Siswa pada masa kolonial, ia menanamkan nilai kemerdekaan, kesadaran kritis, dan tanggung jawab sosial. Karakter pemberani ini dapat diterapkan dalam konteks modern, seperti siswa yang berani melaporkan praktik korupsi atau mahasiswa yang memperjuangkan hak masyarakat lokal.
Pendidikan sebagai Benteng Perlawanan Budaya