Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

TERVERIFIKASI

Menjangkau Sesama dengan Buku

[3] Dari Panggung ke Pasir: Menggabungkan Pelajaran Budaya, Bisnis dan Keindahan Bali dalam Satu Hari

Diperbarui: 24 Agustus 2025   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(para siswa farmasi dan sebagian pendamping foto bersama penari Barong dan Kris, foto: Bu Aulia)

Dari Panggung Ke Pasir: Menggabungkan Pelajaran Budaya, Bisnis, Dan Keindahan Bali Dalam Satu Hari

Denpasar, Bali - Bagi siswa SMK Kesehatan Binatama Yogyakarta, kunjungan industri ke Bali bukan sekadar agenda akademis, melainkan perjalanan penuh makna yang mengajarkan bagaimana belajar bisa menjadi pengalaman yang menggairahkan ketika dikemas dengan rekreasi yang bermakna. Dua hari penuh di Bali (menyaksikan tarian sakral dan mengunjungi industri kosmetik tradisional) menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tidak harus membosankan, tapi bisa menjadi petualangan yang menginspirasi.

Pagi Yang Penuh Makna: Menyaksikan Pertempuran Abadi Di Bali

Kamis, 14 Agustus hari kedua di Bali dimulai dengan langkah-langkah riang para siswa SMK Kesehatan Binatama menuju lokasi pertunjukan tari Barong dan Keris di jalan SMKI Batubulan. Dengan antusiasme yang tak terbendung, mereka duduk berjejer di ruang tonton yang dibuat berundak-undak, siap menyaksikan tontonan budaya yang sarat filosofi.

"Sebelum pertunjukan dimulai, Pak Gde (guide lokal kami) menjelaskan bahwa tarian ini bukan sekadar hiburan, tapi cerminan kehidupan kita sehari-hari," cerita Sinta, salah satu siswi yang tekun mencatat penjelasan guide. "Beliau mengatakan bahwa pertarungan antara Barong (kebaikan) dan Rangda (keburukan) tidak pernah berkesudahan karena dalam hidup, keduanya selalu hadir berdampingan dan saling menyempurnakan."

(para siswi menanti makan malam selepas menikmati sunset, foto: Bu Putri)

Saat pertunjukan dimulai, suasana langsung berubah magis. Para siswa terpukau oleh kemunculan Barong Keket (sosok mitologis berkepala singa dengan bulu lebat) yang menjadi simbol kebaikan. Di sisi lain, kemunculan Rangda dengan lidah panjang dan kuku tajam sebagai personifikasi keburukan membuat beberapa siswa perempuan menutup mata mereka. Namun, semua terdiam ketika adegan Sahadeva muncul, menolak persembahan kepada Rangda dan terlibat dalam pertarungan sengit dengan Kalika.

"Pak Gde menjelaskan bahwa Sahadeva mewakili kekuatan spiritual yang tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan jahat," ujar Rizki, siswa yang duduk di barisan depan. "Ketika Sahadeva mengubah wujud Kalika menjadi Barong, saya seperti ikut merasakan kemenangan kebaikan."

Bagian paling mendebarkan tentu saja saat adegan Barong Keris, di mana sang Barong menunjukkan kekebalannya terhadap tusukan keris. Para siswa hampir serentak berteriak kagum ketika penari yang memerankan Barong dengan tenang menerima tusukan keris tanpa terluka.

(sibuk mengabadikan tari barong, dokpri)

Dari Panggung Ke Pasar Tradisional: Belanja Oleh-Oleh Sementara Menjaga Nilai Budaya

Setelah pertunjukan usai, para siswa mendapat kesempatan langka untuk berfoto bersama dengan para penari, terutama dengan sosok Barong yang menjadi bintang utama pertunjukan. Antrian terbentuk panjang, setiap siswa ingin berfoto dengan kostum Barong yang begitu detail dan megah.

"Senang sekali bisa berfoto dengan Barong. Ini pengalaman pertama saya menyentuh langsung kostum tradisional Bali yang begitu indah," ujar Siti sambil memperlihatkan foto bersama Barong di ponselnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline