Lebih Dekat dengan Dyslexia, Dysgraphia, dan Dyscalculia: Memahami Perbedaan dalam Belajar dan Peran Guru dalam Membangun Kepercayaan Diri di Era Kurikulum Merdeka
Masih tentang hari pertama masuk sekolah. Saya ingin memperkenalkan tiga istilah berikut yang mungkin pernah kita dengar atau baca. Ini hanya untuk menyegarkan kembali ingatan agar jika guru atau orang berhadapan dengan "ketiga" orang dengan gangguan ini, bukan lagi sebuah masalah, tetapi tantangan untuk memberikan yang terbaik.
Dalam dunia pendidikan, tidak semua anak belajar dengan cara yang sama. Ada yang dengan mudah membaca buku dan memahami isinya, ada yang lancar menulis dengan tangan rapi, dan ada yang cepat memahami angka dan logika matematika. Tapi, ada juga anak-anak yang menghadapi tantangan unik, bukan karena kurang pintar atau tidak berusaha, melainkan karena otak mereka bekerja dengan cara yang berbeda.
Tiga kondisi yang sering muncul dalam pembicaraan tentang perbedaan belajar adalah dyslexia, dysgraphia, dan dyscalculia. Meskipun berbeda dalam fokusnya, ketiganya memiliki satu kesamaan: mereka adalah gangguan belajar spesifik yang bersifat neurologis, bukan refleksi dari kemampuan intelektual seseorang. Mari kita kenali lebih dekat masing-masing dari mereka.
Dyslexia: Dunia Huruf yang Terasa Berputar
Dyslexia berasal dari bahasa Yunani dys- (sulit) dan lexis (kata), yang secara harfiah berarti "kesulitan dengan kata". Anak dengan dyslexia mungkin mengalami kesulitan dalam membaca, mengeja, dan memahami struktur bahasa, meskipun mereka memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.
Mereka bisa melihat huruf seperti "b" dan "d" sebagai kembar yang sulit dibedakan, atau merasa kata-kata "berputar" saat membaca. Namun, di balik tantangan ini, banyak anak dengan dyslexia yang memiliki daya pikir kreatif dan imajinasi yang luar biasa.
Dysgraphia: Tantangan Menulis di Balik Kertas
Dysgraphia juga berasal dari bahasa Yunani, dys- (sulit) dan graphia (menulis). Ini adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan menulis secara terstruktur dan jelas. Bukan sekadar tulisan tangan yang berantakan, tapi juga kesulitan dalam mengorganisasi pikiran dalam bentuk tulisan, mengingat ejaan, atau mengkoordinasikan gerakan tangan saat menulis.
Anak dengan dysgraphia mungkin tahu jawabannya, tapi kesulitan menuliskannya. Mereka mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan soal esai, atau tulisan mereka tampak tidak teratur meskipun sudah berusaha sebaik mungkin.
Dyscalculia: Ketika Angka Menjadi Misteri
Dyscalculia berasal dari kata dys- (sulit) dan calculia (berhitung), yang secara harfiah berarti "kesulitan dalam berhitung". Ini adalah kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami angka, konsep matematika dasar, dan logika kuantitatif.
Anak dengan dyscalculia mungkin kesulitan memahami nilai angka, mengingat fakta matematika seperti 5 + 3 = 8, atau bahkan memahami jam dan uang. Bukan karena tidak belajar atau tidak cerdas, tapi karena otak mereka memproses informasi numerik dengan cara yang berbeda.