Lulusan Bertalenta ke Panggung Dunia: Kisah Cinta SMK Kesehatan Binatama Yogyakarta
Di bawah langit Sleman yang memeluk lembut, pada Selasa, 6 Mei 2025, sebuah lukisan haru terukir di Prima SR Hotel & Convention. Ruangan megah itu menjadi lautan perasaan: tawa berbaur air mata, pelukan hangat menyapa hati yang rindu. SMK Kesehatan Binatama Yogyakarta melepas 96 lulusan kelas XII tahun ajaran 2024/2025, bukan sekadar siswa, tetapi bintang-bintang yang siap menerangi dunia.
Ada yang akan terbang ke negeri Sakura, Jepang, ada pula yang memilih menancapkan kaki di tanah air atau mengejar ilmu di bangku kuliah. Sepuluh alumni bersiap berangkat ke Jepang pada Juni 2025, sementara 11 lainnya tengah menempa bahasa Jepang di Bandung, dengan mimpi 21 lulusan mengukir nama di sana tahun ini. Namun, setiap langkah mereka -baik ke Jepang, dunia kerja Indonesia, atau perguruan tinggi- adalah nyanyian cinta Binatama untuk mencerdaskan bangsa. Ini kisah tentang keringat, doa, dan sukacita yang menggetarkan jiwa.
Kelulusan Sempurna: Tetes Keringat Tiga Tahun
Pagi kemarin (Selasa 6/5/20225), udara penuh khidmat, seolah waktu berhenti untuk menghormati perjuangan. Orang tua, wali, dan tamu undangan memenuhi ruangan, menatap 96 siswa dari Program Keahlian Teknologi Farmasi (44 siswa) dan Layanan Kesehatan (52 siswa) yang dinyatakan lulus 100 persen.
Angka itu bukan sekadar deretan hitungan, melainkan lukisan tetes keringat tiga tahun. Para guru, dengan hati penuh cinta, merangkai pelajaran hingga larut malam, mendampingi dan membersamai para siswanya dengan penuh dedikasi.
Staf sekolah, dengan sabun dan sapu atau tumpukan dokumen, menjaga roda pendidikan tetap berputar. Mitra industri, rumah sakit, dan lembaga farmasi, membuka pelukan lebar, menjadi "rumah kedua" bagi siswa magang. Bersama, mereka menempa jiwa-jiwa muda ini, membentuknya menjadi permata yang berkilau.
"Pelepasan ini bukan akhir, melainkan pintu menuju mimpi yang lebih luas," ujar Kepala Sekolah, Nuri Hastuti, SP., Gr., M.K.M., dengan suara yang bergetar, penuh harap namun terasa rapuh oleh emosi. Ia menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah simfoni kolaborasi: sekolah, orang tua, dan mitra industri.
Rumah sakit dan lembaga farmasi, yang dengan setia menerima siswa magang, adalah pahlawan tanpa tanda jasa. "Terima kasih kepada mereka yang telah menjadi 'laboratorium hidup', tempat anak-anak kami belajar mencintai profesi mereka," kata Nuri, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh tepuk tangan.
(keceriaan sebelum mulai acara, dokpri)