Acara ini adalah panggung untuk menghormati mereka yang bersinar terang. Pratama Maulana Handayansyah, Lulusan Terbaik Program Keahlian Teknologi Farmasi, berdiri dengan mata berbinar, seolah membawa harapan seluruh keluarga. Elsya Vika Novarya, Lulusan Terbaik Program Keahlian Layanan Kesehatan, menunduk malu, pipinya memerah saat namanya menggema. Keduanya adalah simbol perjuangan yang tak pernah padam. Pratama dan Alifa Dian Normalita juga meraih penghargaan non-akademik, atas nyala semangat mereka dalam kompetisi dan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah memeluk 10 lulusan terbaik akademik dan 19 bintang non-akademik, yang masing-masing membawa cerita tentang jatuh, bangun, dan menang.
Di balik sorot lampu panggung, ada kisah yang tak terucap: guru-guru yang menahan lelah demi menyusun soal ujian atau pendampingan di lapangan, berjibaku di laboratorium atau di ruang praktik layanan kamar (perawat), staf yang berdoa di sudut ruangan agar siswa mereka kuat, dan malam-malam penuh diskusi untuk memastikan setiap anak siap terbang. Ada pula linangan air mata diam-diam, ketika seorang guru melihat siswanya akhirnya menggapai mimpinya. Ini bukan sekadar kelulusan; ini adalah kemenangan cinta.
 Â
Jembatan ke Masa Depan: Jepang, Indonesia, dan Ilmu yang Tak Bertepi
SMK Kesehatan Binatama adalah jembatan kokoh, mengantarkan anak-anak Indonesia menuju cakrawala mimpi. Tahun ini, 10 alumni akan melangkah ke Jepang pada Juni 2025, sementara 11 siswa lainnya tengah menempa bahasa Jepang di Bandung, mengejar target 21 lulusan bekerja di negeri Sakura. Namun, Jepang bukanlah satu-satunya tujuan.
Di Indonesia, rumah sakit, klinik, dan apotek menyambut lulusan Binatama dengan tangan terbuka, mengakui keahlian mereka di bidang kesehatan dan farmasi. Ada pula yang memilih menapaki bangku kuliah, mengejar ilmu lebih dalam untuk menjadi pilar masa depan bangsa. "Setiap langkah mereka adalah nyanyian kebanggaan kami. Mereka yang bekerja di Indonesia, yang kuliah, atau yang ke Jepang: semuanya adalah bagian dari misi kami mencerdaskan bangsa," ujar Nuri, matanya berkaca-kaca, penuh cinta yang diamini sebagian guru di kursi bagian belakang dengan nuansa emosi yang sama.
"Kami tak pernah setengah hati menyiapkan mereka," tambahnya. Untuk Jepang, siswa dibekali bahasa Jepang minimal level N4, standar ketat yang membuka pintu dunia. Sertifikasi keperawatan dan farmasi menjadi sayap bagi mereka yang terbang, baik ke luar negeri maupun di dalam negeri. "Kebutuhan akan perawat dan apoteker begitu besar. Banyak yang langsung bekerja, tapi kami juga mendukung mereka yang ingin kuliah," jelas Nuri, suaranya penuh keyakinan.
Keberhasilan ini adalah buah visi jauh ke depan. Kurikulum Binatama dirajut dengan cinta, selaras dengan kebutuhan industri global dan lokal. Mitra di Jepang, rumah sakit lokal, dan lembaga farmasi menjadi tiang kokoh pendidikan ini. Guru-guru bahasa Jepang, dengan kesabaran tak terbatas, membimbing siswa hingga fasih berbicara. Pengajar kejuruan, dengan tangan penuh kasih, menuntun mereka menguasai keterampilan. Ini adalah tarian harmoni, di mana setiap langkah dirancang untuk membuat anak-anak ini bersinar.
Â
Haru yang Mengguncang: Lagu "Bunda" dan Pelukan Penuh Air Mata
Puncak acara datang seperti badai emosi. Seorang siswa naik ke panggung, suaranya gemetar menyanyikan "Bunda". Lirik-lirik itu bagai pisau lembut, mengiris kenangan tiga tahun penuh perjuangan: malam-malam belajar hingga pagi, tawa di kelas, dan air mata saat gagal, juga teringat akan omelan ibu dan ayah di rumah jika molor belajar.
Ruangan hening, hanya isak pelan dari orang tua yang tak kuasa menahan rindu. Ketika nada terakhir menggema, bendungan emosi jebol. Para siswa menghambur ke pelukan orang tua, tangis sukacita membanjiri ruangan. Seorang putri mencium kening ibunya, seorang putra memeluk ayahnya erat, seolah tak ingin lepas. Air mata bahagia itu adalah simfoni cinta, mengikat hati semua yang hadir dalam dekapan abadi.
Dalam pelukan ada doa sang anak: "Ayah Bunda, terima kasih atas cinta dan dedikasi selama ini. Kini ananda sudah melangkah satu lagi anak tangga kehidupan. Sehat selalu agar menyaksikan ananda sukses dalam hidup ini. Ya Tuhan, Ya Allah Mahacinta, lindungi dan berkati selalu kedua orang tua," begitu kira-kira tetesan air mata mereka membahasakan doa mereka.