Dalam diam, kita sering mengira memiliki banyak pikiran sekaligus.
Padahal bukan banyaknya pikiran yang terjadi — melainkan kesadaran kita yang menari, berpindah dari satu ruang batin ke ruang lainnya.
Kadang ia berdiam di ruang marah, kadang di ruang sedih, kadang pula di ruang bahagia.
Dan setiap kali ia berpindah, dunia di dalam diri pun ikut berganti warna.
Ada pikiran, dan ada yang menyadari pikiran.
Pikiran adalah awan yang bergerak, berubah bentuk mengikuti arah angin.
Sedangkan kesadaran adalah langit itu sendiri — luas, diam, dan tak terjamah oleh badai.
Langit tidak pernah marah, tidak pula sedih. Ia hanya menjadi tempat bagi semua awan untuk datang dan pergi.
Namun sering kali, kita lupa menjadi langit.
Kita tersesat di antara awan, mengira diri ini adalah amarah, kesedihan, atau ketakutan itu sendiri.