Lihat ke Halaman Asli

Lohmenz Neinjelen

Bola Itu Bundar, Bukan Peang

Kylian "Thierry Henry Bau" Mbappe yang Licik?

Diperbarui: 10 Juli 2018   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: ligadeportiva.com

Kylian "Thierry Henry Bau" Mbappe menjadi pusat perhatian di Piala Dunia 2018 ketika Prancis berhadapan dengan Argentina.

Jika diamati lebih lanjut cenderung dibesar-besarkan kehebatannya. Kecepatan larinya sehingga membuat bek Argentina Marcos Rojo tunggang langgang yang berujung pinalti seakan merupakan "sebuah kejadian yang wah". 

Nama Kylian "Thierry Henry Bau" Mbappe (19) pun dipuji setinggi langit. Padahal siapa Marcos Rojo (28) itu? Di Manchester United pun bukan pemain inti atau pilihan Mourinho. Hanya bek cadangan atau bukan pemain belakang top dunia.

Lain soal kalau Kylian "Thierry Henry Bau" Mbappe membuat 2-3 pemain belakang top dunia tunggang langgang. Lha, ini cuma Marcos Rojo aja sudah dipuji setinggi langit, bahkan digadang-gadangkan pengganti Messi dan Ronaldo.

Lebay! Menjadi pemain top dunia itu bukan hanya masalah teknis semata, juga mental. Sudah banyak contohnya pemain muda yang tadinya dianggap hebat secara teknis, tapi mentalnya lemah akhirnya jadi pecundang atau namanya hilang dari peredaran. Lihat saja Anelka yang berasal dari negara yang sama dengan Kylian "Thierry Henry Bau" Mbappe. 

Anelka muda bersinar di Arsenal, terus pindah klub, pindah lagi, entah berapa klub yang dihinggapi hingga akhirnya hanya tinggal cerita. Mental Anelka dianggap buruk, makanya tak pernah menjadi pemain top dunia.

Hal yang sama bisa terjadi pada Kylian Mbappe. Tadinya sempat mendapat julukan "Thierry Henry Baru" karena kehebatannya dianggap mirip pemain Prancis terkenal itu, tapi karena mentalnya buruk jadilah kini julukannya Kylian "Thierry Henry Bau" Mbappe.

Bagaimana tidak bau? Disenggol keras pun tidak, tapi terjatuh dan meringis kesakitan. Pertandingan Prancis vs Uruguay di babak perempat final pun sempat terhenti karena ulah liciknya tadi. 

Masih muda saja sudah licik dan lebay begitu.

Ada yang terkesan mudah memaafkan dengan mengatakan wajar ia masih muda, juga masih banyak waktu untuk memperbaiki diri agar mentalnya baik sehingga kemungkinan ia akan menjadi pemain sehebat Messi dan Ronaldo masih terbuka lebar.

Bagaimana kalau sebaliknya? Justru mentalnya semakin buruk, kemungkinan itu bisa terjadi juga, bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline