Lihat ke Halaman Asli

TikTok: Hiburan menarik atau kecanduan yang menghawatirkan?

Diperbarui: 11 Maret 2025   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiktok  sebagai Produktivitas atau kecanduan (sumber : Google ) 

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi kalangan remaja. Salah satu aplikasi yang sangat populer adalah TikTok. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk membuat dan menonton video pendek dengan berbagai efek kreatif dan unik. Tak heran jika TikTok mampu menarik perhatian banyak orang dari berbagai kelompok umur, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.  

Salah satu alasan utama TikTok begitu digemari adalah kemampuannya dalam menyajikan hiburan secara instan. Dari video lucu, tantangan tarian, hingga klip musik yang kreatif---kontennya sangat beragam dan dapat disesuaikan dengan minat pengguna. Algoritma TikTok juga cukup cerdas dalam merekomendasikan video yang sesuai dengan preferensi masing-masing, sehingga setiap kali membuka aplikasi, pengguna selalu disuguhi konten menarik yang membuat mereka betah berlama-lama.  

Namun, TikTok bukan hanya tentang hiburan. Banyak orang memanfaatkannya untuk mengekspresikan kreativitas, berbagi ilmu, bahkan membangun bisnis. Beberapa kreator telah berhasil menghasilkan pendapatan dari konten yang mereka buat. Selain itu, TikTok juga menjadi media promosi yang sangat efektif bagi pelaku usaha, baik besar maupun kecil. Dengan jangkauan yang luas, produk yang dipromosikan dapat lebih cepat dikenal tanpa harus mengandalkan toko fisik. Bahkan, banyak usaha rumahan yang berkembang pesat berkat promosi melalui TikTok karena algoritma yang memungkinkan konten mereka viral dalam waktu singkat.  

Namun, di balik daya tariknya, TikTok juga dapat menimbulkan dampak negatif jika digunakan secara berlebihan. Salah satu risiko utamanya adalah kecanduan. Video pendek yang terus berputar membuat pengguna sulit berhenti menonton. Tanpa disadari, waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan lain malah terbuang hanya untuk menggulirkan layar tanpa henti.  

Ketergantungan pada TikTok juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan produktivitas, terutama bagi kalangan remaja. Terlalu sering bermain media sosial dapat mengurangi interaksi sosial di dunia nyata dan mengganggu fokus dalam belajar atau bekerja. Jika kebiasaan ini tidak dikendalikan, pencapaian akademis maupun pribadi bisa terganggu. Banyak orang yang awalnya hanya ingin menonton beberapa video, akhirnya menghabiskan berjam-jam tanpa disadari. Akibatnya, mereka sering kali kekurangan tidur, menunda tugas, atau bahkan mengalami gangguan pola hidup yang tidak sehat.  

Selain itu, banyak pengguna merasa perlu untuk selalu mengikuti tren yang berkembang di TikTok agar tidak tertinggal. Hal ini sering kali menyebabkan seseorang terjebak dalam tekanan sosial untuk selalu tampil sempurna atau melakukan sesuatu hanya demi mendapatkan perhatian dan validasi dari orang lain. Sebagai contoh, banyak remaja yang rela mengikuti tantangan berbahaya hanya untuk mendapatkan lebih banyak "likes" dan pengikut.  

Konten yang beredar di TikTok juga dapat memengaruhi pola pikir penonton. Jika yang ditonton adalah konten yang bermanfaat, tentu hal itu bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Sebaliknya, jika yang dikonsumsi adalah konten negatif, maka ada kemungkinan seseorang terpengaruh dan mengikuti tren yang kurang baik. Tak jarang, TikTok juga dijadikan sebagai standar hidup, di mana orang merasa harus mengikuti tren agar diterima dalam lingkungan sosialnya.  

Contohnya, tren gaya hidup mewah yang sering muncul di TikTok dapat membuat seseorang merasa minder dengan kehidupannya sendiri. Banyak orang yang akhirnya terjebak dalam siklus konsumtif hanya karena ingin terlihat seperti influencer yang mereka idolakan. Padahal, tidak semua yang ditampilkan di media sosial mencerminkan kenyataan kehidupan yang sebenarnya.  

Salah satu tren yang sedang naik daun adalah "streak api", sebuah tantangan di mana pengguna harus mempertahankan interaksi dengan teman secara berkelanjutan agar ikon api tetap menyala. Walaupun terlihat menyenangkan dan mendorong interaksi sosial, streak api TikTok juga membawa sejumlah dampak negatif yang perlu diperhatikan.  

Streak api dapat mengganggu produktivitas, terutama bagi pelajar atau pekerja. Alih-alih fokus pada tugas sekolah atau pekerjaan, banyak yang justru sibuk memastikan streak mereka tetap terjaga. Hal ini dapat mengganggu manajemen waktu, menurunkan produktivitas, dan membuat seseorang lebih mudah terdistraksi dari tanggung jawab utamanya. Selain itu, streak api juga dapat memicu kecanduan media sosial. Kepuasan yang dirasakan ketika streak bertahan lama menciptakan dorongan untuk terus membuka TikTok, meskipun tanpa alasan yang jelas. Akibatnya, pengguna bisa menghabiskan lebih banyak waktu di platform ini, yang berdampak buruk pada kesehatan mental dan kebiasaan sehari-hari.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline