Membaca judul film ini mungkin banyak yang mengira ini adalah film cinta-cintaan biasa. Kata masa depan merujuk pada sains fiction yang di duga kisah cinta yang menye-menye. Saya juga tadinya mengira begitu. "Ah udah biasa" begitu bisik hati saya melihat judul ini berada di jajaran film terbaru bioskop bulan ini.
Suatu hari Istri saya pulang dari kota, ia berujar sempat nonton film terbaru ini yang memang sedang heboh. "Bang film ini beda, abang pasti suka" katanya. Istri saya menyampaikan ini bukan sekedar film cinta-cintaan biasa. Alurnya maju mundur dengan banyak kejutan didalamnya. Jadi, latar film ini berputar berulang kali di waktu dan tempat yang sama berkali-kali.
Mendengar penjelasan istri saya teringat film predestination yang mempunyai plot (alur) gila dan tidak umum. Lalu saya terbayang apa iya film Indonesia berani membuat plot seperti itu? Setelah menonton ternyata benar film ini benar-benar luar biasa. Saya berani menyatakan bahwa film ini adalah film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton sampai dengan saat ini.
Sore: Istri dari masa depan bercerita tentang Jonathan, seorang fotografer Indonesia yang tinggal di Eropa---khususnya Kroasia atau Italia dalam berbagai versi---kehidupannya berjalan monoton dan ia sering mengabaikan kesehatannya.
Suatu pagi, muncul seorang wanita misterius yang berbaring di sebelah Jonathan. "Hai aku Sore, istri kamu dari masa depan. Meskipun awalnya skeptis, Jonathan mulai luluh ketika Sore konsisten mendekatinya dan menunjukkan pengetahuan mendalam tentang hidupnya. Ternyata, tujuan Sore adalah menyelamatkannya dari takdir buruk: Jonathan diprediksi akan meninggal muda akibat kebiasaannya yang tidak sehat.
Namun upaya penyelamatan Jonathan tidak semulus itu. Suatu malam Jonathan kembali ke kebiasaan lamanya dengan merokok. Sore marah dan meminta Jonathan untuk berhenti melakukan itu. Mereka bertengkar. Karena upayanya gagal untuk membuat Jonathan berhenti merokok maka Sore memutuskan untuk mengulang kembali semua dari awal.
Maka terulang adegan awal kemunculan Sore yang berbaring di sisi Jonathan. Kekagetan Jonahtan berulang. Semua adegan yang dilalui sore dan Jonathan di kontrakannya di Kroasia kembali terulang. Tidak hanya sekali, setiap kali sore merasa usahanya gagal maka ia memutuskan untuk mengulang kembali dari awal lagi. Dan kejadian yang berulang itu terjadi berkali-kali.
Meski terus gagal Sore tetap bertekad merubah gaya hidup Jonathan---mendorongnya menerapkan pola hidup lebih sehat dan memperhatikan kesehatannya. Sampai pada suatu titik Sore hampir menyerah namun Sore menemukan hal yang tidak terduga yang manjadi alasan mengapa Jonathan kembali ke kebiasannya yang tidak sehat.
Film ini bukanlah sekadar kisah romansa fantasi biasa, tapi dia juga ajakan reflektif tentang waktu, pengorbanan cinta dan betapa mencintai seseorang kadang berarti rela melepas demi kebaikan bersama. Intervensi ini juga membuka konflik antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, serta menguji kekuatan cinta mereka dalam menghadapi konsekuensi yang muncul.
Yang menarik dari film ini adalah plotnya yang tidak biasa. Hampir satu jam pertama kita akan di suguhkan drama bagaimana karakter Jonathan dan Sore di profiling agar membentuk simpati penonton kepada dua tokoh ini. Lalu saat kita larut pada dua tokoh ini, maka di mulailah konflik yang membuat perasaan kita berkecamuk.
Di setiap momennya kita akan di beri kejutan-kejutan kecil. Selain itu, disaat kita mengira film ini telah selesai kita malah dibawa lagi ke dalam adegan Sore yang berulang terbaring di sisi Jonathan, seakan film ini tidak ada habisnya. Namun, di saat penonton sudah pasrah, plotnya malah semakin seru dan mengarah pada good ending. Dan yap, Good Ending pun tersaji dengan sangat elegan dan keren.
Dari segi kecepatan, film ini tidak cepat, namun dialog-dialog yang di sajikan mampu membuat penonton tetap tenang di tempat duduknya menanti percakapan apa yang akan disajikan. Sinematografinya juga sangat bagus. Musik dan Skornya juga mampu menciptakan suasana dan memperkuat emosi dan bonding antara tokoh dan penonton.