* * *
Para pembuat film dokumenter 1880 MDPL membuat film ini sepenuh hati. Saya mencoba mendeskripsikannya sebagai film "sederhana tapi kaya makna." Â Tak heran jika kemudian pada akhirnya film yang disutradarai oleh Riyan Sigit W dan Miko Saleh berhasil masuk menjadi salah satu nominator kategori Dokumenter Pendek pada ajang tertinggi penghargaan bagi dunia perfilman Indonesia yaitu Festival Film Indonesia pada tahun 2016 serta menjadi pemenang pada Film Terbaik Denpasar Film Festival (DFF) 2017.
Meskipun fokus utamanya nampak pada kehidupan Supandi dan Mursiti, tokoh petani lain dan pemerintah setempat yang muncul sejenak dengan dialog yang minim menguatkan film ini.
Film ini juga memiliki penggambaran yang baik. Menampilkan detail dan menghadirkan bahasa gambar yang membuat penonton berpikir.
Film dokumenter ini memang terbilang singkat namun menarik di berbagai hal. Bukan saja karena mengangkat isu lingkungan dan ekonomi sebagai bagian penting dari pembangunan ekonomi berkelanjutan, tapi juga ada kisah cinta yang memahamkan penonton bahwa memaknai cinta itu hanya perlu cara-cara sederhana yang dikemas oleh kebersamaan menghadapi hidup. Lihatlah kehidupan penuh kebersamaan Supandi dan Mursiti, meski diusia yang tak muda lagi, mereka tetap saling mendukung dan bahagia. Mereka pun dengan tertatih mencari uang, untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang kuliah. Sebuah konsekuensi dari pemenuhan cinta yang tulus.
Buat penggemar drama roman picisan, film dokumenter ini bisa jadi tak menarik, tapi buat penggemar film yang ingin belajar kehidupan, lingkungan, ekonomi dan berbagai problematika sosial dari sebuah film, 1880 MDPL adalah salah satu pilihan tepat.
1880 MDPL, sebuah film dokumenter tentang kesulitan ekonomi dan pemenuhan cinta.
* * *