Mohon tunggu...
Ammar Rafi
Ammar Rafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Opini dan Ulasan

Menulis agar sebuah ide tersimpan dan dapat diingat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Strategi untuk Amerika dalam Meningkatkan Euforia Menonton Sepakbola

22 Februari 2021   09:14 Diperbarui: 23 Februari 2021   10:03 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Meskipun sudah ada kompetisi sepakbola khususnya di Amerika dan Kanada, yaitu Major League Soccer, namun, kompetisi tersebut belum semewah Premiere League atau Liga Spanyol. Amerika yang dikenal sebagai negara adidaya, tidak sepenuhnya tidak peduli dengan dunia persepakbolaan, disamping karena mereka mempunyai olahraga yang menjadi identitas mereka sendiri seperti NBA, NFL, MLB, dan lain sebagainya. Seiring waktu, Major League Soccer atau MLS juga terus mengalami perkembangan atau peningkatan kualitas. MLS juga telah menghadirkan beberapa revalries-nya seperti, Portland Timbers dengan Seattle Sounders atau El-Trafico antara LA Galaxy dengan LAFC. MLS juga diramaikan oleh kemeriahan penonton Atlanta United atau Toronto FC. Tidak hanya itu, peningkatan kualitas MLS juga diiringi oleh banyaknya pemain bintang dari Eropa seperti Higuain, Nani, Zlatan Ibrahimovic, Rooney, sampai dengan David Beckham.

Meskipun begitu, MLS bukanlah kompetisi olahraga yang sangat dinikmati oleh masyarakat Amerika daripada kompetisi olahraga lain seperti NBA, NFL, MLB. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk memberi terobosan-terobosan atau strategi agar masyarakat Amerika lebih bergairah ketika menonton sepakbola dan akan lebih kepada menyamakan atau lebih tepatnya adaptasi kultur sepakbola Eropa dengan penikmat olahraga di Amerika atau Kanada. Berikut strateginya:

1. Perbedaan Jumlah Skor dari Jarak Gol yang Dicetak.

Meskipun mustahil untuk dilakukan, namun, bisa dilihat dari banyaknya olahraga di Amerika yang memiliki perhitungan skor yang berbeda-beda dan non-low scoring game. NBA misalnya, terdapat three point atau two point, bahkan di NFL langsung terdapat enam poin. Hal ini merupakan hal yang kontras yang kemudian masyarakat Amerika cenderung menilai bahwa sepakbola adalah low scoring game dan membosankan. Oleh sebab itu, penulis mempunyai ide alias mengandai apabila sistem skor sepakbola di Amerika disamakan dengan sistem skor yang berbeda-beda. Misal, jika gol diciptakan dari tendangan luar kotak penalti maka memperoleh tiga skor, tendangan penalti satu skor. Atau bahkan maksimalnya (usaha terakhir) jika kiper berhasil menepis tendangan penalti maka diberi skor satu juga untuk tim kiper tersebut.

2. Posisi Bench yang Diperlihatkan di Kamera Siaran, Memperlihatkan Reaksi.

Layaknya NBA, hal yang penulis ketahui adalah mengenai reaksi. Hal tersebut bernilai drama tambahan juga hiburan dengan basis memberi reaksi yang membuat penonton lebih tertarik dan terhibur. Maka, dengan memperlihatkan pemain cadangan dan pelatih sepanjang pertandingan dapat menambah hiburan bagi mereka yang menontonnya di layar televisi atau perangkat elektronik lainnya.

3. Periklanan atau Penampilan. 

Perbedaan kultur berikutnya adalah mengenai show dalam suatuu pertandingan. Kebanyakan pertandingan sepakbola Eropa, mereka kurang tertarikpada show dan lebih tertarik pada pertandingannya secara langsung. Hal tersebut berbeda dengan Amerika yang orientasinya pada bisnis, profit, commercial disamping pertandingan. Hal tersebut bisa dilihat pada pertandingan-pertandingan Superbowl.

Konsep tersebut bisa juga diterapkan di kompetisi sepakbola MLS, baik itu pada opening game, closing game, halftime, atau seremoni lainnya.

4. They are Full of Themselves.

Etnosentrisme adalah hal yang sebenarnya melekat pada pembahasan ini. Bukan bermaksud rasis, penyesuaian postur tubuh mereka memang cocok dengan olahraganya dan hal tersebut membuat mereka merasa unggul. Mereka merupakan kiblat basket, baseball, American Football, hockey, cricket, dan mereka ingin unggul (menjadi nomor satu) dan hal tersebut dapat dikatakan sukses.

Namun tidak dengan sepakbola, mereka tahu bahwa mereka kurang baik pada persepakbolaannya, mereka cenderung 'meninggalkannya'. Akan tetapi, mereka tidak benar-benar 'meninggalkannya', dengan semboyan they are full of themselves, mereka menciptakannya dengan kultur mereka sendiri.

Pada tahun 90an, MLS memiliki ciri khas tersendiri, yaitu pada tendangan penalti, dimana mereka harus terlebih dahulu melakukan dribbling dari hampir setengah lapangan untuk kemudian melakukan tembakan. Pun di era saat ini, perayaan gol dengan semburan api atau asap mungkin hanya terjadi di MLS. Hal tersebut bisa dilihat pada perayaan gol Atlanta United atau Seattle Sounders. Mungkin juga hanya di MLS, penonton membawa gergaji untuk memotong batang kayu besar dalam perayaan gol, hal tersebut bisa dilihat pada Portland Timbers (Timbers Army). Atau supporter Montreal Impact yang membunikan bel berukuran raksasa dalam perayaan golnya.

Meskipun begitu, satu hal yang tidak terlupakan adalah kemenangan Timnas Perempuan Amerika Serikat (USWNT) pada laga final piala dunia 2020 melawan Belanda. Dengan begitu, dunia sepakbola Amerika Serikat, khususnya timnas perempuannya, tidak lagi dipandang sebelah mata, atas dasar kemenangan USWNT tersebut.

Kemudian secara umum, penulis memprediksikan bahwa MLS akan bersinar kembali pada tahun 2025 dan tahun-tahun berikutnya. Berbasis karena diselenggarakannya perhelatan akbar Piala Dunia 2026 di sana.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun