Memisahkan Tafsir Kontemporer dan Hermeneutika
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai mukjizat berupa kitab suci kepada beliau. Sehingga tidak seharusnya sembarangan orang berbicara mengenai Al-Quran tanpa menggunakan ilmu yang berhubungan dengannya.
Ketika hermenutika digunakan untuk menafsirkan Al-Qur’an, maka konteks teks Al-Qur’an dibongkar dan dilepaskan dari tempatnya sebagai kalamullah. Sehingga Al-Qur’an hanya sebatas menjadi “teks bahasa” dan “produk budaya”. Jika hal semacam itu terjadi, maka apa bedanya Al-Qur’an yang suci dan sakral dengan karya William Shakespeare? Maka sudah seharusnya Tafsir Kontemporer dipisahkan jauh-jauh dengan hermeneutika.
Rerefensi:
- Misykat
- Studi Komparatif Konsep Al-Qur'an Nashr Hamid Abu Zayd dan Mu'tazilah, Jurnal ISLAMIA
- Tafsir Kontemporer dan Hermeneutika Al-Qur’an: Memahami Teks Suci Al-Qur’an Dalam Konteks Kontemporer, Jurnal Kajian Islam dan Sosial Keagamaan
- Karakteristik dan Model Tafsir Kontemporer, Mashadiruna: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI