Mohon tunggu...
Amirul SalsabilaFatany
Amirul SalsabilaFatany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPI

Senang mempelajari manusia dan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesiapsiagaan Psikologis dalam Menghadapi Bencana

2 Mei 2023   09:45 Diperbarui: 2 Mei 2023   09:56 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bentuk kegiatan kesiapsiagaan psikologis yang dapat dilakukan dari tingkat keluarga, komunitas atau organisasi, hingga pemerintah adalah melalui psikoedukasi. Mariana dkk (2020) melakukan serangkaian psikoedukasi kepada masyarakat di kawasan wisata Kota Padang. Psikoedukasi yang dilakukan di antaranya melalui pembentukan komunitas sadar bencana, pembuatan leaflet sadar bencana, edukasi siaga bencana, dan pelatihan pernafasan dan relaksasi.

Dalam membentuk kegiatan guna meningkatkan kesiapsiagaan psikologis juga perlu untuk memerhatikan elemen antisipasi, identifikasi dan pengelolaan. Bagian penting dari kesiapsiagaan darurat adalah mengantisipasi, mengidentifikasi, dan mengelola lebih dini tentang bagaimana perasaan, pemikiran, dan respons individu terhadap situasi yang menantang dan penuh tekanan yang diakibatkan bencana (ARS, 2012).

Dikutip dari Australian Psychological Society (2018) dan Australian Red Cross (2012), berikut adalah deskripsi mengenai strategi AIM (Anticipate, Identify, Manage) dalam kesiapsiagaan psikologis di situasi bencana.

1. ANTICIPATE (Antisipasi)

Dalam melakukan antisipasi, kita dapat menempatkan diri dalam situasi di mana bencana terjadi dan kemudian membayangkan suara, bau, kilatan cahaya, kegelapan, serta berbagai kemungkinan perasaan dan pikiran yang muncul. Antisipasi bahwa akan ada perasaan khawatir atau cemas dan mengingat bahwa hal tersebut merupakan respons yang normal terhadap kemungkinan situasi yang mengancam jiwa.

Bagaimana cara mengantisipasi reaksi yang muncul?

  • Untuk mulai mempersiapkan diri menghadapi bencana alam yang mungkin akan datang, cobalah untuk mengantisipasi kemungkinan reaksi kita terhadap situasi tersebut.
  • Bayangkan bahwa situasinya akan sangat menegangkan dan pikirkan tentang bagaimana biasanya kita bereaksi terhadap stres. Meskipun reaksi ini sangat alami, hal itu dapat menghalangi persiapan lain yang diperlukan.
  • Jika berhasil memahami reaksi yang biasa muncul, kita dapat mempelajari cara-cara untuk lebih siap menanganinya ketika itu terjadi.

2. IDENTIFY (Identifikasi)

Penting bagi setiap orang untuk menyesuaikan diri dengan perasaan dan pemikiran tertentu yang mereka miliki sebagai respons terhadap bencana alam yang mengancam. Identifikasi terhadap perasaan dan pikiran yang muncul akan membantu kita dalam menemukan cara untuk mengelolanya.

Bagaimana cara mengidentifikasi perasaan dan pikiran diri sendiri?

  • Perhatikan apa yang terjadi pada tubuh dan sensasi fisik apa yang memberi sinyal bahwa kita sedang merasa merasa cemas.
  • Cobalah untuk berfokus pada pikiran-pikiran menakutkan yang mungkin akan dialami yang menambah rasa takut. Apa yang kamu katakan pada diri sendiri? Apakah pikiranmu membantu atau justru membuat segalanya lebih sulit?
  • Ingatkan diri bahwa sensasi tubuh yang kuat dan pikiran menakutkan adalah reaksi normal terhadap stres tetapi tidak membantu kita untuk tetap tenang dan berpikir jernih. Jangan terlalu kritis terhadap diri sendiri.

3. MANAGE (Mengelola)

Pada umumnya, orang yang paling mengenal tubuhnya adalah diri sendiri. Kita juga yang paling tahu tentang apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan, stres, atau ketakutan. Untuk mengurangi perasaan dan pikiran negatif, kita dapat menggunakan teknik yang familiar untuk membantu mengelola perasaan. Mengelola respons dapat dilakukan dengan menggunakan pernapasan terkontrol dan melakukan self-talk sehingga tetap tenang dan dapat fokus pada aktivitas yang membutuhkan perhatian.

Bagaimana cara bernapas dan berpikir lebih tenang?

  • Bernapas melalui hidung dan keluar melalui mulut secara perhalan dapat membantu orang untuk lebih tenang. Untuk memperlambat pernapasan, tarik napas lebih kecil dan beri jeda di antara napas untuk mengaturnya. Saat telah menghembuskan napas perlahan, tahan napas selama tiga hitungan sebelum menghirup napas berikutnya.
  • Sambil berkonsentrasi untuk menghembuskan napas secara perlahan, katakan pada diri sendiri "Santai", atau "Tetap tenang", atau "Tidak apa-apa, saya dapat  mengelolanya dengan baik".
  • Cobalah untuk tidak memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi, tetapi sebaliknya katakan pada diri sendiri bahwa semakin tenang maka semakin baik kemampuan kita dalam mengatur dengan tepat apa yang perlu dilakukan.
  • Ingatkan diri bahwa ini adalah situasi darurat dan wajar jika muncul perasaan cemas dan stres. Kita tidak dapat secara langsung mengontrol apa yang terjadi tetapi dapat mengelola respons dalam situasi darurat ketika bencana.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun