Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Kenangan di Kedai Kopi

14 Oktober 2025   07:18 Diperbarui: 14 Oktober 2025   07:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keheningan melanda. Laras tahu apa yang dimaksud Reza dengan 'hal-hal yang penting.' Perpisahan mereka tiga tahun lalu dipicu oleh kesibukan Reza yang tak tertangguhkan dan kecemburuan Laras yang tak terkontrol.

"Aku minta maaf," ucap Laras tiba-tiba. Suara itu keluar sebelum ia sempat menahannya. "Mengenai malam itu. Seharusnya aku tidak pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasanmu."

Reza meletakkan penanya. Ia menatap Laras lurus-lurus. "Aku juga minta maaf, Ras. Aku seharusnya memprioritaskanmu. Seharusnya aku tahu bahwa tidak semua proyek bisa dibeli kembali dengan uang. Termasuk proyek hubungan kita."

Laras duduk di kursi di hadapan Reza. Ia menyesap V60-nya. Rasa pahit dan asam itu kini terasa seperti penyesalan yang manis.

"Kau masih ingat cangkir kuning yang kita beli di pasar loak itu?" tanya Laras.

Reza tertawa kecil. "Tentu saja. Cangkir yang pecah seminggu setelah kita membelinya. Aku hampir gila mencarikan gantinya."

"Kita sudah merencanakan terlalu banyak hal, ya?" Laras menghela napas.

"Ya. Dan kita meninggalkannya begitu saja," balas Reza. "Tapi, terkadang, tidak semua perpisahan berarti akhir. Mungkin hanya jeda yang panjang."

Laras merasakan pipinya menghangat. Ia mengangkat cangkir kopinya. "Kopinya enak. V60 Gayo. Kamu masih ingat, itu kopi kesukaanku."

"Aku tidak akan pernah lupa," jawab Reza. Ia mengambil cangkirnya sendiri, yang ternyata berisi kopi yang sama. "Rasanya, sama seperti kenangan. Pahit, tapi membuatmu ingin kembali lagi."

Di tengah aroma kopi yang menguap, Laras dan Reza tidak hanya berbagi meja, tetapi juga berbagi ruang untuk janji baru. Kali ini, mereka berharap, kenangan indah yang tercipta di kedai itu tidak akan berakhir seperti cangkir kuning yang pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun