Mohon tunggu...
Amira Alaniyah
Amira Alaniyah Mohon Tunggu... Lainnya - it's me, Era Reidana

Membaca, Menulis, kemudian mengamati apa yang terjadi di sekitar untuk mencari hikmah yang tersimpan....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Penggiling Padi Menjadi Miliarder

8 November 2013   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:27 8297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Herman Sugianto (44) merintis usaha hanya modal satu mesin selep (penggiling padi) dari ayahnya. Semula, Hermanmengumpulkan hasil jasa yang didapat dari setiap orang yang menggilingkan berasnya kepadanya. Pada tahun 1994 itu selepnya hanya dilindungi dinding dari gedhek (bambu) yang terletak di pasar.

Ketika sudah berkeluarga, Herman yang sedang merintis usaha tinggal dalam rumah kontrakan yang hanya memiliki satu kamar. Disanalah Herman beserta istri dan kedua anaknya tinggal dan tidur dalam satu kamar. Hingga semakin hari kebutuhan hidup semakin meningkat.

Seiring meningkatnya kebutuhan itulah usaha yang dirintis mulai menampakkan setitik cahaya. Tepatnya pada tahun 1997, ia mulai membeli mobil pick up dan memiliki modal untuk mengembangkan usahanya. Beberapa karyawan pun direkrut untuk bekerja dalam perusahaannya. Mereka adalah tetangga dan para petani yang telah lama kenal akrab dengannya.

Beberapa tahun kemudian, modal yang telah lama terkumpul mampu untuk membeli beberapa perangkat untuk pengembangan usahanya. Maka Herman pun menjalin kerjasama dengan pihak Dolog yang pada saat itu menyaratkan untuk kepemilikan gudang, alat transportasi dan lahan jemur sendiri. Ijin usaha pun mulai diurus agar mempermudah jalinan kerjasama dan meminimalisir kerugian di kemudian hari.

Kini, gudang yang dimilikinya telah memiliki alat penggilingan padi otomatis, lantai jemur, alat pemoles beras, ayakan, dan sparator (alat pemisah beras dan sekam). Nyaris tidak ada limbah dari usaha yang dibangunnya. Hasilnya pun bisa terjual semua mulai sekam, beras, dan katul. Herman pun memiliki penghasilan kotor sekitar 15 juta setiap bulannya.

Kesuksesan yang telah diraih Herman tidaklah terlepas dari dukungan keluarga. Menurut Risma Savhira (14) putri kedua Herman menyatakan bahwa ayahnya adalah sosok yang ulet, kerja keras, dan pentang menyerah. Hal itu tampak sejak mereka masih tinggal dan tidur dalam rumah kontrakan 2 x 3 di daerah Balung. Kini merekadapat tinggal di rumah yang besar dan layak bersama istri Ita Fajar (41) dan Risky Cahya (19) putri sulung, mahasiswa semester dua fakultas tehnik informasi di ITS.

Saat ini, Herman telah mengembangkan usahanya hingga memiliki penghasilan yang lebih menjanjikan. Jika ditaksir, setahun dapat mengumpulkan hasil hingga satu milyar rupiah. Bertepatan dengan tahun baru Hijriyah pada hari Selasa, 5 November 2013 lalu, dia mengajak seluruh karyawannya untuk wisata religi Wali lima secara gratis. Tampak suasana kekeluargaan terbangun apik antara karyawan dan bos muda ini.

Semua yang telah diraihnya selalu disertai dengan usaha dan ibadah yang tekun. Herman mengakui sebagai pengusaha harus yakin dengan kemampuan dan usahanya. Kemudian, bekerja jangan sampai berasal dari keringat orang lain. Mahsudnya, jangan sampai apa yang telah diraih selama ini masih menyisakan tanggungan pada orang lain. Harapannya hanyalah semakin sukses dan menjadi orang yang tidak hanya sukses materi namun sukses dalam meraih ridlo Ilahi.Disamping itu, ia berharap dapat lebih sering ke tanah suci bersama seluruh keluarganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun